WARTABUANA – Diam-diam Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA telah melakukan survei yang hasilnya cukup menarik tentang “kelemahan” Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ternyata masih banyak warga muslim Jakarta yang tidak mau dipimpin Gubernur non muslim dan banyak juga yang tidak nyaman dengan sikap kasar Ahok.
Denny JA merilis hasil surveynya melalui media sosial dengan alasan tidak ingin melayani wawancara banyak media. Denny menulis, ini pendapat saya selaku profesional. Silahkan disebarkan opini saya ini sehingga saya tak perlu lagi melayani permintaan wawancara aneka media.
“Saya sering ditanya wartawan dan politisi soal apakah Ahok bisa dikalahkan di pilkada DKI 10 bulan lagi. Ini mungkin karena mereka melihat pengalaman saya sudah memenangkan 3 pemilu presiden dan 30 gubernur selama saya berkarir sebagai konsultan politik,” ujar Denny.
Denny mengungkapkan, LSI juga sudah melakukan riset pada bulan Maret 2016. Banyak data yang belum diungkap lembaga survei lain yang sebenarnya bisa memberikan gambaran utuh. Ahok memang kuat tapi bisa dikalahkan karena lima alasan, berdasarkan data survei dan pengalaman.
10 bulan sebelum hari H Pilkada, posisi Ahok memang cukup kuat. Dukungan Ahok di atas 50 persen. Kepuasan atas kinerjanya di atas 60 persen. Namun Ahok masih bisa dikalahkan. Ini data yang belum diungkap lembaga survei lain. Bahwa di atas 70 persen publik merasa Ahok bisa dikalahkan.
Sentimen ahok bisa dikalahkan merata di aneka segmen pemilih: kaya-miskin, muda-tua, apapun agamanya, apapun partai pilihannya.
Pengalaman LSI, dalam kurun waktu 10 bulan, banyak hal bisa terjadi. Contohnya di Pilkada DKI 2012, sepuluh bulan sebelum pemilihan, pupolaritas Fauzi Bowo di atas 50 persen dan Jokowidi bawah 10 persen. Tapi justru Jokowi pemenangnya.
Inilah 5 Alasan bahwa Ahok Belum tentu bisa menang;
Pertama:
Pada Pilkada Jateng 2013, H minus 10 bulan, elektabilitas Bibit Waluyo di atas 50 persen sedangkan Ganjar Pranowo di bawah 10 persen. Hasil akhirnya Ganjar Pranowo justru menang. Masih ingat Pilpres 2004? Pada H minus 10 bulan Megawati di atas 50 persen dan SBY di bawah 10 persen. Tapi SBY yang jadi presiden.
Kedua:
Hasil survey LSI mencatat, lebih dari 40 persen warga muslim Jakarta tak bersedia dipimpin non-muslim. Perjuangan anti Ahok dalam 10 bulan ke depan menjadi kuat karena motif keagamaan. Perintah larangan memilih pemimpin non muslim tertera dalam kitab suci Alquran.
Ketiga:
Partai besar tak ingin calon yang menggunakan jalur independen bisa menang. Mereka khawatir Jika Ahok bisa menang di DKI akan menjadi “yurisprudensi” di bagi calon independen di daerah lain. Bagi partai besar, hal ini membahayakan eksistensi mereka dalam pilkada.
Jika akhirnya partai besar mendukung Ahok mungkin karena Ahok membatalkan maju lewat jalur independen. Marwah partai besar jelas terganggu jika mereka hanya menjadi pelengkap saja dari ahok yang sah maju sebagai calon independen.
Kempat:
Faktanya, lebih dari 40 persen pemilih tak suka karakter Ahok. Mereka suka ketegasan, namun pernyataan kasarnya di depan publik sangat tidak baik. Misalnya ketika ia menghardik seorang ibu dengan pernyataan “Ibu Maling” yang beredar luas.
Kelima:
Lebih dari 40 persen pemilih tak suka kebijakan publik Ahok yang terkesan tebang pilih. Tegas dan keras terhadap rakyat kecil dalam kasus penggusuran. Namun lemah terhadap para taipan dalam kasus reklamasi pantai, yg dianggap merusak lingkungan dan potensial menenggelam beberapa pula kecil.
LSM yang bergerak di bidang penggusuran, lingkungan hidup dan hak asasi manusia potensial menjadi lawan Ahok. []