WARTABUANA – Seorang penumpang pesawat Garuda Indonesia GA340 jurusan Surabaya – Denpasar mengaku pesawat yang ditumpanginya nyaris bertabrakan dengan pesawat Lion Air JT 960 Bandung-Denpasar di langit Bali pada Rabu (10/2/2016) pukul 14 WITA.
Menurut penumpang terebut, peristiwa mengerikan itu terjadi di udara di selatan Kabupaten Jembrana. Saat itu cuaca buruk di Bandara Ngurah Rai Bali menyebabkan lebih dari 12 pesawat menunggu giliran mendarat.
Belasan pesawat itu diperintahkan oleh Air Traffic Controller (ATC) untuk berputar-putar di udara menunggu lowongan mendarat (holding pattern), termasuk diantaranya pesawat Boeing 737 Garuda dengan nomor penerbangan GA 340dari Surabaya, dan pesawat Boeing 737 Lion Air dengan nomor penerbangan JT 960dari Bandung.
Mungkin karena beban kerja ATC yang sangat besar mengingat jumlah pesawat yang sedang melakukan holding di udara seputar Bali, terjadilah insiden di mana kedua pesawat itu hampir bertabrakan di udara.
Pukul 14:27 WITA Garuda GA 340 terbang kearah utara pada ketinggian 16.300 kaki, menurun 612 kaki/menit, dan kecepatan 501 km/jam, sementara Lion Air terbang ke arah selatan pada ketinggian 15.900 kaki, menurun 512 kaki/menit, dan kecepatan 524 km/jam.
Dapat dipastikan malapetaka akan terjadi jika pesawat tidak dimaneuver untuk saling menghindar. Namun, cuaca buruk menyebabkan sangat sulit untuk pilot kedua pesawat untuk melihat satu sama lain. Tepat di detik-detik terakhir, pilot kedua pesawat membelokan masing-masing pesawatnya dengan tajam ke arah kiri sehingga tabrakan terelakkan.
Banyak penumpang pesawat GA 340 melihat dengan jelas pesawat Lion Air, yang menurut saksi mata. “Terbang dekat sekali, belum pernah saya lihat pesawat lain terbang sedekat itu,” ungkapnya.
Di lansir dari website FlightRadar24.com, kedua pesawat itu di titik terdekat berada kurang dari 3 km dan saling menuju satu sama lain. Meningat kecepatan relatif kedua pesawat itu mendekat adalah diatas 1.000 km/jam maka malapetaka dihindari dengan sisa waktu kurang lebih 10 detik.
Menurut standar penerbangan international, pesawat terbang di udara harus dipisahkan paling sedikit 1000 kaki secara vertical dan 5.5 km (3 mil laut) secara horizontal. Kekurangan pemisahan di bawah itu dikategorikan “near miss”, atau hampir tabrakan.
Setelah kejadian, Lion Air JT 960 mendarat dengan selamat di Bandara Ngurah Rai pada pukul 15:01WITA, sementara pesawat Garuda GA 340 memutuskan untuk kembali ke Bandara Juanda di Surabaya sambil menunggu kondisi cuaca dan lalu lintas udara membaik. Akhirnya GA 340 berangkat kembali pukul 15:26 WIB dan mendarat tanpa insiden di Bandara Ngurah Rai pukul 16:59 WITA.
Menanggapi peristiwa tersebut, Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono menyatakan, dua pesawat tersebut tidak nyaris tabrakan.
“Nggak nyaris tabrakan, itu pesawat dua-duanya holding dalam rangka mau turun (ke Bandara Ngurah Rai Denpasar). Kemarin ada cuaca buruk kemudian antrean panjang. Lion di 16 ribu feet, Garuda di 17 ribu feet,” ujar Wisnu, sehari seteleah peristiwa itu.
Menurut Wisnu, holding Lion di 16 ribu feet dan Garuda di 17 ribu feet pasti terlihat dekat sekali. Namun jarak 1.000 feet tersebut masih termasuk standar internasional. “Jadi ada satu titik pesawat kayak ketemu padahal beda 1.000 feet,” katanya.
Kemudian, lanjutnya, Lion diturunkan ke 15 ribu feet dan Garuda diturunkan ke 16 ribu feet. Nah, dalam proses turun itu jaraknya 1.000 feet. “Jadi ada penumpang yang merasa ini nyaris tabrakan. Sementara memang kalau kurang 1.000 feet alarm bunyi, karena minimum jaraknya 1.000 feet. Kemarin itu selisihnya 700 feet. 700 Feet masih sekitar 200 meter,” kata Wisnu.
Wisnu memastikan kejadian kemarin tidak mengganggu penumpang. Meski demikian pihaknya akan menginvestigasi apakah Lion yang lambat turun atau Garuda yang cepat turun.
“Kita sudah evaluasi ternyata aman. Ke depannya kita akan lakukan perbaikan-perbaikan supaya lebih nyaman tapi kemarin masih batas aman,” ucap Wisnu. []