JAKARTA, WB – Terhitung 2,5 tahun menjabat Dirut PAM Jaya dibawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Sri Widayanto Kaderi dicopot dari jabatannya. Pencopotannya tersebut lantaran PAM Jaya tak mampu memenuhi kebutuhan warga.
“Saya butuh orang yang mengerti keuangan. Karena, PAM itu kan kita subsidi, dia nombok,” ucap Ahok di Jakarta, Selasa (30/6/2015).
Ahok memutuskan mengganti Dirut PAM dengan Erlan Hidayat yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Administrasi dan Keuangan PT Jakarta Propertindo (PT Jakpro).
Selain tak mampu memenuhi kebutuhan warga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginginkan Dirut PAM sekarang mengerti tentan keuangan.
“Jadi yang bisnis dia untung. Nah, di sini ada celahnya. Kita butuh orang yang bisa menghitung. Saya sudah bilang berkali-kali katakan ini orang susah menengah ke bawah, itu kalau beli air satu gentong bisa Rp1.000 untuk 20 liter,” tegas Ahok.
Dia juga mengkritik selama ini PAM hanya memikirkan bisnis saja sehingga menyusahkan masyarakat kalangan bawah.
“Kami jual air ke menengah ke bawah Rp1. Berarti orang yang susah ini diuntungin Rp49 perak. Ini ada mafia. Orang susah enggak mau pasang air PAM langsung ke rumahnya karena harus bayar Rp1,8 juta. Dia enggak sanggup,” ungkap dia. Karena itu, Ahok berharap PT PAM dapat memasang tarif Rp10 per liter. Sehingga, nantinya perusahaan tidak lagi perlu mengenakan biaya instalasi bagi warga yang tidak mampu.
“Saya bilang kenapa enggak hitung jual saja Rp10 per liter. Tapi, tidak usah dihitung biaya nyambung. Si orang susah masih untung Rp40 kita untung karena enggak subsidi. Bingung kan? Makanya, kita harus ganti direksi. Kalau sudah dua tahun sampai 2,5 tahun masih gini juga ya ganti,” pungkas dia. []