SHIJIAZHUANG – Wilayah Qianxi di Provinsi Hebei, China utara, menggunakan teknologi tinggi termasuk dronedan pencitraan termal binokular untuk memeriksa, memperbaiki, dan melestarikan Tembok Besar.
Tembok Besar, yang menjadi simbol China, sebenarnya bukan hanya terdiri dari satu tembok, melainkan banyak tembok yang saling terhubung yang dibangun antara abad ketiga sebelum Masehi dan era Dinasti Ming (1384-1644).
Tembok Besar di wilayah Qianxi membentang sepanjang 106 kilometer. Liu Xiaoqiang bertugas melindungi satu seksi Tembok Besar sepanjang 10 kilometer.
LIU XIAOQIANG, Petugas Perlindungan Tembok Besar:
“Dulu, kami membutuhkan waktu dua hari untuk berpatroli di seksi Tembok Besar itu. Kami harus berjalan kaki. Menara-menaranya dibangun di atas bukit yang terjal, sehingga sangat merepotkan dan memakan waktu bagi kami untuk sampai di sana. Sekarang, kami memiliki drone, yang sangat menghemat waktu dan tenaga. Satu dronedapat menyelesaikan seluruh pemeriksaan hanya dalam beberapa puluh menit. (Drone) itu dapat sampai ke tempat-tempat yang sulit dijangkau manusia. Oleh karena itu, patroli kini menjadi lebih nyaman.”
ZHAO YUHUI, Anggota kantor manajemen peninggalan budaya, wilayah Qianxi:
“Saat ini, dronedan teknologi pencitraan termal binokular titik tinggi telah memainkan peran penting dalam perlindungan Tembok Besar. Dronedapat terbang secara rutin untuk memantau seksi tersebut dan menemukan serta memverifikasi perubahan dan masalah pengelolaan Tembok Besar secara tepat waktu. Kamera pencitraan termal binokular dapat secara teratur membandingkan dan menganalisis seksi-seksi Tembok Besar, termasuk konstruksi di sepanjang Tembok Besar.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Shijiazhuang, China. (XHTV)