ANKARA – Inflasi tahunan Turki mencapai rekor tertinggi baru, yakni 61,14 persen pada Maret, dengan harga energi dan makanan mengalami kenaikan, seperti diumumkan Institut Statistik Turki pada Senin (4/4).
Harga konsumen di negara tersebut naik 5,46 persen secara bulanan, menurut data yang dirilis oleh institut itu.
Kenaikan harga tahunan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dengan 99,12 persen, diikuti masing-masing oleh makanan dan minuman nonalkohol sebesar 70,33 persen, dan mebel serta peralatan rumah tangga dengan 69,26 persen.
Selain itu, indeks harga produsen dalam negeri naik sebesar 9,19 persen secara bulanan, dengan peningkatan tahunan mencapai 114,97 persen pada Maret.
Turki terus berjuang menghadapi lonjakan inflasi, yang memberikan tekanan pada warganya melalui biaya hidup yang semakin tinggi.
Sejumlah ekonom memprediksi bahwa Turki berpotensi hidup dengan situasi inflasi yang tinggi sepanjang 2022. Konflik antara Rusia dan Ukraina juga mendorong inflasi seiring dengan harga energi yang kian mahal.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Desember tahun lalu mengumumkan rekor kenaikan 50 persen dalam upah minimum untuk membantu mengimbangi lonjakan biaya hidup di tengah inflasi yang tinggi dan merosotnya nilai mata uang.
Pemerintah juga memangkas pajak pertambahan nilai untuk produk-produk makanan pokok dan kebutuhan dasar.
Bank sentral Turki tidak mengubah suku bunga acuan sejak Januari, menangguhkan siklus pelonggaran yang memicu kemerosotan nilai mata uang pada paruh kedua 2021.
Mata uang Turki, lira, telah kehilangan sekitar 60 persen nilainya sejak 2021.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara. (XHTV)