PBB – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (24/4) memperingatkan bahwa konflik militer di Sudan berpotensi menular ke kawasan dan daerah sekitarnya.
Guterres menyampaikan peringatan tersebut di awal pidato sambutannya pada debat terbuka Dewan Keamanan tentang multilateralisme.
ANTONIO GUTERRES, Sekretaris Jenderal PBB:
“Izinkan saya memulai pidato sambutan saya dengan beberapa kata tentang Sudan, yang situasinya terus memburuk. Sejak dimulainya pertempuran sengit pada 15 April, ratusan orang telah tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka.
Kekerasan harus dihentikan. Pertempuran ini berisiko menimbulkan bencana besar di Sudan yang berpotensi menular ke kawasan dan daerah sekitarnya.
Saya mengecam keras pengeboman tanpa pandang bulu terhadap area-area sipil, termasuk fasilitas kesehatan. Saya menyerukan kepada para pihak untuk menghentikan operasi tempur di daerah padat penduduk dan mengizinkan operasi bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Warga sipil harus dapat mengakses makanan, air, dan pasokan penting lainnya, serta mengungsi dari zona pertempuran.
Saya terus menjalin kontak dengan pihak-pihak yang berkonflik dan telah meminta mereka untuk meredam ketegangan serta kembali bernegosiasi.
Kami akan melanjutkan upaya-upaya kami dengan mitra kami untuk menghentikan pertempuran secara permanen sesegera mungkin.
Bekerja dengan organisasi kemanusiaan di lapangan, kami mengatur ulang kehadiran kami di Sudan untuk memungkinkan kami terus mendukung rakyat Sudan.
Mari saya perjelas: PBB tidak akan meninggalkan Sudan. Komitmen kami adalah kepada rakyat Sudan, untuk mendukung keinginan mereka akan masa depan yang damai dan aman. Kami berdiri bersama mereka pada momen yang mengerikan ini.
Saya telah mengizinkan relokasi sementara baik di dalam maupun di luar Sudan untuk beberapa personel dan keluarga PBB.
Saya menyerukan kepada semua anggota Dewan untuk menggunakan pengaruh maksimal dengan para pihak guna mengakhiri kekerasan, memulihkan ketertiban, dan kembali ke jalur transisi demokrasi.
Kita semua harus melakukan segala upaya untuk menarik Sudan kembali dari tepi jurang.”
Badan dunia itu memiliki sekitar 4.000 staf di Sudan, dengan 800 di antaranya merupakan warga internasional.
Bentrokan yang diwarnai kekerasan pecah antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces) pada 15 April di ibu kota Sudan, Khartoum, dan tempat-tempat lain, memperkecil harapan negara itu untuk kembali ke pemerintahan sipil.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Markas Besar PBB. (XHTV)