KUALA LUMPUR, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), yang mulai berlaku pada 1 Januari 2022, akan mendorong pemulihan ekonomi di Asia Tenggara serta membuatnya tumbuh dan berkembang kembali, kata seorang politisi veteran Malaysia.
“Ini adalah abad perubahan Asia… Oleh karena itu saya kira kita harus bersatu,” ujar Tengku Razaleigh Hamzah, Anggota Parlemen Gua Musang di bawah partai berkuasa UMNO yang berafiliasi dengan BN, dalam wawancara dengan Xinhua belum lama ini.
Ditandatangani pada November tahun 2020, RCEP merupakan kesepakatan perdagangan besar antara 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yaitu Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta lima mitra perjanjian perdagangan bebasnya, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Meskipun pandemi COVID-19 telah menempatkan dunia dalam sebuah tren resesi, Tengku Razaleigh yang juga dikenal sebagai Ku Li, mengungkapkan keyakinannya bahwa RCEP akan memainkan peran penting dalam mempromosikan pembangunan regional.
“Saya kira RCEP bagus untuk masa depan… RCEP meningkatkan keyakinan kita. Hal itu mengembalikan perasaan bahwa kita dapat mengatasi kesulitan ini, dan mungkin menarik pihak lain ke kawasan ini,” kata anggota parlemen terlama di Malaysia itu.
Tengku Razaleigh memprediksi setelah RCEP diberlakukan, Asia Tenggara kemungkinan akan tumbuh lebih cepat di masa depan.
“Meski Asia Tenggara terbagi menjadi negara-negara kecil oleh lautan, saya kira jika kita bisa bersatu, kita dapat menjadi kelompok kekuatan ekonomi dan memiliki hubungan yang sangat kuat dalam hal ekonomi dengan China. Saya kira itu akan menstabilkan seluruh kawasan. Dan semuanya berjalan baik untuk masa depan.”.
Dia berharap negara-negara Asia Tenggara bisa menjadi blok perdagangan yang baik dan mitra China untuk memacu pertumbuhan yang saling menguntungkan.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service