MEHTARLAM – Afghanistan kembali melanjutkan ekspor kacang pinus ke China pada akhir Oktober melalui koridor udara, dengan penerbangan pertama membawa 45 ton kacang pinus yang menandai ekspor pertama dari Afghanistan ke China sejak pengambilalihan negara itu oleh Taliban.
Pohon kacang pinus sebagian besar tumbuh di provinsi bagian timur Afghanistan, di mana ribuan orang termasuk wanita terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam bisnis ini.
Noor Mohammad (42), salah seorang pedagang, mempekerjakan sekitar 120 orang untuk mengumpulkan dan membersihkan kacang pinus setiap hari. Dia menyebut China sebagai pasar yang baik untuk kacang pinus Afghanistan.
NOOR MOHAMMAD, pedagang kacang pinus asal Afghanistan:
“China adalah pasar yang baik untuk kacang pinus Afghanistan dan mereka menyambut baik pemulihan ekspor kacang yang menguntungkan ini melalui koridor udara, tanpa semua ini, harga kacang pinus akan turun dan pedagang akan menderita.”
Koridor udara antara Afghanistan-China diluncurkan pada November 2018 untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi, namun, sempat ditangguhkan setelah jatuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS) ke tangan Taliban pada pertengahan Agustus lalu.
Beberapa pedagang Afghanistan mengatakan negara itu tengah berada di titik kritis, di mana kemiskinan, pengangguran dan ketidakpastian telah menambah penderitaan bagi warga Afghanistan yang sudah lelah dengan perang, banyak dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan.
RAHIMULLAH, pedagang kacang pinus asal Afghanistan:
“Ekspor pinus ke China telah meningkatkan harapan di kalangan pedagang lokal untuk berinvestasi pada kacang yang menguntungkan ini dan itulah sebabnya saya mempekerjakan sekitar 150 buruh harian setiap hari untuk membersihkan buah pinus.”
BADAM, pedagang kacang pinus asal Afghanistan:
“Kami ingin mengirimkan kacang pinus kami ke China atau negara-negara lainnya.”
Setelah penarikan pasukan asing pimpinan AS dan pembentukan pemerintahan sementara Taliban, Afghanistan menghadapi kesengsaraan ekonomi multifaset termasuk aset yang dibekukan di AS dan aktivitas perbankan yang dibatasi di dalam negeri.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP), lebih dari 22 juta dari sekitar 35 juta penduduk Afghanistan akan menghadapi kekurangan pangan pada musim dingin mendatang.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Mehtarlam, Afghanistan. (XHTV)