WARTABUANA – Mohammed Saidam, seorang mahasiswa teknik mekatronika Palestina dari kamp pengungsi al-Mughazi di Jalur Gaza tengah, menciptakan “kalung elektronik” yang dapat membantu orang-orang menerapkan jaga jarak sosial (social distancing) guna mencegah penyebaran infeksi COVID-19.
“Ini sederhana, Anda tinggal memakainya dan begitu Anda melanggar batas jaga jarak sosial, kalung elektronik ini akan berbunyi,” kata mahasiswa berusia 26 tahun dari Universitas Al-Azhar yang berbasis di Gaza itu kepada Xinhua, sembari menyalakan perangkat elektroniknya.
Saidam mengatakan bahwa ide penemuan kalung itu muncul ketika melihat orang-orang berkumpul di ruang publik, seperti bank atau kantor pos, yang dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19.
“Ide kalung elektronik ini adalah memisahkan orang yang memakainya dari orang lain yang berdiri atau berjalan di depannya dengan jarak tidak kurang dari satu meter, dengan mengeluarkan suara bip di samping senter untuk memperingatkannya bahwa dia telah melampaui jarak yang seharusnya antara dirinya dan orang lain.”
Perangkat tersebut terdiri dari dua sensor dan sebuah lampu kecil berwarna merah yang berkedip-kedip, selain itu ada peluit kecil yang mengeluarkan bunyi “bip” keras saat ada orang yang mendekat.
Penemuan Saidam tidak hanya terbatas pada penggunaan oleh orang biasa, perangkat ini juga dapat membantu para penyandang tunanetra dan tunarungu.
“Saya juga ingin membantu para penyandang disabilitas, terutama para tunanetra dan tunarungu. Jika seseorang yang memakai kalung ini tidak dapat mendengar, dia dapat melihat kedipan lampu, dan jika seseorang yang memakainya tidak dapat melihat, dia dapat mendengar bunyi alarm,” kata Saidam.
Pada 24 Agustus 2020, Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas mengumumkan laporan empat kasus terkonfirmasi COVID-19 pertama di dalam komunitas lokal di Gaza, dan kemudian memberlakukan serangkaian langkah ketat guna membendung penyebaran virus tersebut.
Menanggapi hal itu, otoritas kota menutup universitas, lembaga nonpemerintah, dan tempat-tempat umum termasuk pasar dan masjid, serta mencegah pertemuan publik.
Namun, dengan ekonomi Jalur Gaza yang memburuk, pemerintah Hamas memutuskan untuk melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) dengan syarat mematuhi pedoman kesehatan, termasuk aturan jaga jarak sosial.
Saidam berharap penemuannya dapat disetujui untuk digunakan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang biasanya ramai dikunjungi.
Dalam upaya melindungi hak kekayaan intelektualnya, Saidam mengajukan permohonan paten untuk perangkatnya ke Kementerian Ekonomi yang dikendalikan Hamas. Dia berharap perangkat itu akan diproduksi di Jalur Gaza dalam waktu dekat.
Sebenarnya, “kalung elektronik” itu bukanlah penemuan pertama Saidam terkait pandemi.
Saidam sebelumnya menciptakan sebuah mobil kecil yang dilengkapi dengan kamera yang dapat dikontrol dari jarak jauh melalui ponsel atau laptop dengan misi memotret rumah sakit dan pusat kesehatan, serta mensterilkannya.
Dalam perang melawan pandemi COVID-19, sejumlah tenaga kesehatan Palestina turut terjangkit virus tersebut, bahkan beberapa di antaranya meninggal. Saidam bertekad untuk membantu mereka melalui penemuan yang dapat mencegah mereka tertular COVID-19 jika berada di rumah sakit.
Karena kurangnya sumber daya keuangan, kementerian ekonomi dan kesehatan Palestina yang dikendalikan Hamas tidak mengadopsi mobil penemuannya tersebut, kata Saidam.
Namun, kurangnya dana bukan satu-satunya kendala yang dihadapi Saidam. Kekurangan alat dan bahan yang disebabkan oleh blokade Israel di wilayah kantong Palestina tersebut juga telah menghambat penemuannya.
“Saya menghadapi banyak kesulitan seperti minimnya peralatan yang saya butuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan inovasi saya, selain itu juga mahalnya harga beberapa alat yang ada di daerah kantong pantai yang membuat saya tidak bisa membelinya karena saya tidak punya cukup uang.”
“Rencana saya ke depan adalah bergabung dengan pusat penelitian dan pengembangan di luar Jalur Gaza setelah saya mendapatkan gelar S2 ilmu pengetahuan di bidang teknik yang saya kejar saat ini,” kata Saidam.
“Saya bercita-cita untuk terus menciptakan inovasi baru karena bermanfaat bagi komunitas saya. Penting untuk tidak berhenti membuat segala sesuatu yang berguna dengan dalih kesulitan. Kita harus berinvestasi pada semua alat yang tersedia untuk menciptakan penemuan baru. Saya ingin mengirimkan pesan kepada kaum muda Palestina pada umumnya, terutama para penemu, bahwa mereka harus bekerja keras dan percaya pada diri sendiri dan ide-ide mereka. Saya yakin suatu saat, mereka akan menemukan lembaga yang mendukung mereka, yang akan meningkatkan kepercayaan diri mereka.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Gaza. (XHTV)