JUDUL: Pemanas berbahan bakar hayati kian populer di Suriah di tengah krisis bahan bakar
DATELINE: 14 Desember 2022
DURASI: 00:02:51
LOKASI: Damaskus
KATEGORI: EKONOMI/MASYARAKAT
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan pabrik alat pemanas
2. SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): ABDULLAH ALI TWAIT, Pemilik pabrik alat pemanas
3. Berbagai cuplikan pabrik alat pemanas
4. Berbagai cuplikan rumah Sulaiman al-Khaled
5. SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): SULAIMAN AL-KHALED, Warga Hama
6. Berbagai cuplikan rumah Sulaiman al-Khaled
STORYLINE:
Di tengah kelangkaan bahan bakar yang akut, pemanas ramah lingkungan yang berbahan bakar kayu atau kulit kacang pistasio semakin populer di Suriah.
Abdullah Ali Twait (42), seorang produsen alat pemanas di Hama, Suriah, mengembangkan bisnisnya untuk mengatasi krisis bahan bakar yang telah berlangsung lama di negara yang hancur akibat perang tersebut.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): ABDULLAH ALI TWAIT, Pemilik pabrik alat pemanas
“Sebelum krisis itu, masyarakat menggunakan solar untuk pemanas. Namun, ketika pasokan solar menurun, mereka memilih untuk menggunakan kayu bakar dan bahan bakar hayati lainnya. Saat warga mulai memperhitungkan biaya bahan bakar hayati, mereka menemukan bahwa bahan bakar ini jauh lebih murah daripada solar karena menghemat separuh biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, warga beralih ke bahan bakar alami tersebut, dan kami mengembangkan bisnis ini secara bertahap.”
Hanya beberapa blok dari pabrik alat pemanas tersebut, Sulaiman al-Khaled (34), seorang ayah dari lima anak, mengatakan bahwa dirinya telah menggunakan alat pemanas berbahan bakar kulit pistasiosejak awal krisis bahan bakar.
SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): SULAIMAN AL-KHALED, Warga Hama
“Kami mengganti alat pemanas lama yang berbahan bakar solar dan gas, yang langka akibat perang. Harga alat pemanas baru berbahan bakar kulit pistasio ini relatif lebih murah, dan kulit pistasio tersedia di kawasan ini.”
Dalam beberapa pekan terakhir, krisis bahan bakar di Suriah semakin memburuk. Pemerintah Suriah mengatakan bahwa krisis itu diakibatkan oleh sanksi Amerika Serikat, yang mempersulit kapal tanker bahan bakar dan minyak untuk mencapai pantai Suriah.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Damaskus.
(XHTV)