KABUL – Kompetisi Liga Utama Afghanistan dimulai pada Jumat (5/11) lalu yang mempertandingkan tim-tim sepak bola dari berbagai provinsi di Afghanistan.
Ini kali pertama turnamen sepak bola semacam itu diadakan di negara yang tercabik perang tersebut sejak Taliban mengambil alih Kabul pada 15 Agustus lalu dan pembentukan pemerintahan sementara Afghanistan.
Joyful Hashmatullah, seorang penduduk Kabul, menyerukan kepada sesama warga Afghanistan untuk datang ke stadion sepak bola dan memberikan dukungan bagi tim dan pemain favorit mereka.
JOYFUL HASHMATULLAH, Penduduk Kabul:
“Sebagai penonton, hari ini saya senang dapat menyaksikan pertandingan sepak bola di lingkungan yang damai di Kabul.”
ARJUMAND LALI, Penyelenggara pertandingan:
“Menjadi kebahagiaan bagi kita semua bahwa turnamen semacam ini diadakan setelah perubahan politik dan pelantikan pemerintahan baru dalam suasana yang damai.”
Lali yakin bahwa kompetisi olahraga khususnya sepak bola dapat membawa kebahagiaan dan keharmonisan di kalangan warga Afghanistan yang lelah berperang. Dirinya juga meminta warga Afghanistan untuk menghadiri pertandingan dan mendukung para pemain sepak bola dengan tepuk tangan di lapangan.
Kompetisi selama delapan hari tersebut pada tahun ini mengusung tajuk “Turnamen Perdamaian”. Namun, satu-satunya sponsor yang mendukung kompetisi sepak bola untuk liga utama itu adalah Federasi Sepak Bola Afghanistan, ujar Lali dengan iba.
Tidak ada perempuan dan gadis Afghanistan yang menjadi penonton untuk menyemangati tim favorit mereka di liga utama tahun ini sejak didirikan pada 2012.
Sekitar 200 penonton dan penggemar sepak bola mendatangi stadion untuk menyaksikan kompetisi tersebut pada Minggu (7/11). Namun, Mohmand mengungkapkan kekecewaannya terkait jumlah penonton, sembari mengatakan bahwa dirinya ingin ribuan orang menyaksikan pertandingan.
Dad Mohammad Nawak, juru bicara Komite Olimpiade Nasional Afghanistan, telah meyakinkan bahwa pemerintahan baru akan terus mendukung olahraga dan para atlet di berbagai cabang olahraga.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)