ACCRA – Seorang pejabat Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan bahwa lebih dari 282 juta orang di Afrika sub-Sahara sedang menghadapi kelaparan ekstrem.
Pernyataan itu disampaikan oleh pejabat manajemen kehutanan FAO Kenichi Shono pada sesi pembukaan Konferensi Jati Sedunia ke-4 di Accra, ibu kota Ghana, pada Senin (5/9).
SOUNDBITE (Bahasa Inggris): KENICHI SHONO, Petugas Manajemen Kehutanan FAO
“Saat ini, 282 juta penduduk di benua tersebut, atau lebih dari seperlima populasi, tengah menghadapi kelaparan, peningkatan 46 juta orang. Lonjakan baru-baru ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk COVID-19, konflik, dan krisis iklim.”
Seiring situasi kelaparan, kata Kenichi, kekeringan parah juga memperkuat cengkeramannya di benua itu.
“Banyak negara juga menghadapi dampak konflik Rusia-Ukraina, terutama karena kenaikan harga komoditas, kenaikan harga bahan bakar, dan kesulitan mengakses barang kebutuhan pertanian seperti pupuk,” lanjutnya.
Kenichi menyerukan lebih banyak investasi di bidang kehutanan dan perkebunan jati untuk membantu mengatasi tantangan di Afrika dan dunia.
Diselenggarakan oleh Ghana, Konferensi Jati Sedunia yang berlangsung selama empat hari itu batal digelar pada 2020 dan dijadwal ulang menjadi tahun ini karena pandemi COVID-19.
Konferensi ini, yang baru pertama kalinya diadakan di Afrika, berfokus pada topik-topik seperti manajemen perkebunan jati berbasis sains, perbaikan genetika, dan restorasi lanskap hutan.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Accra. (XHTV)