NYINGCHI – Hanya 10 menit berkendara dari pusat kota Nyingchi, Daerah Otonom Tibet, China barat daya, Anda akan menemukan Desa Galai, sebuah desa yang dijuluki “desa bunga persik”.
Galai memiliki lebih dari 1.200 pohon persik liar, dengan pohon tertua berusia lebih dari 600 tahun. Pada musim semi, desa itu dikelilingi bunga-bunga merah muda yang bermekaran.
Penduduk desa di Galai dulunya merasa terganggu ketika kehidupan mereka yang tenang terusik oleh orang-orang yang masuk tanpa izin untuk menikmati kecantikan bunga persik di sekitar rumah dan lahan pertanian mereka. Mereka akhirnya akan menebang pohon persik untuk dijadikan kayu bakar, atau membangun pagar untuk mengatasi masalah orang-orang yang masuk tanpa izin dan dianggap menjengkelkan tersebut.
Komite desa kemudian menemukan cara untuk membuat penduduk desa maupun turis senang, yakni mengembangkan pariwisata.
Berkat pariwisata yang berkembang pesat, pendapatan penduduk setempat mulai meningkat.
DAWA GYALTSEN, Penduduk Desa Galai:
“Berkat kebijakan yang menguntungkan dari Partai dan negara, desa kami telah direnovasi secara menyeluruh. Kami saat ini memiliki akses ke jalan beton, air minum, dan listrik. Kehidupan di sini menjadi semakin baik. Pendapatan keluarga saya terus meningkat. Saya seorang sopir van dan mendapat penghasilan sekitar 100.000 yuan (1 yuan = Rp2.149) setahun. Kami juga menerima bagi hasil dari pendapatan tiket kebun buah persik, yaitu sekitar 100.000 yuan (per keluarga). Ditambah keuntungan dari sirkulasi tanah, penanaman, dan pembiakan, keluarga saya dapat menghasilkan sekitar 300.000 yuan setahun. Kami menikmati kehidupan yang lebih bahagia.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nyingchi, China. (XHTV)