ZAGREB – Lonjakan belanja militer di Eropa pada tahun lalu tidak membuat blok itu lebih aman, kata seorang pakar militer Kroasia.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) bulan lalu, belanja militer tahunan global mencatatkan pertumbuhan untuk kedelapan kalinya secara berturut-turut pada 2022, hingga mencapai level tertinggi sepanjang masa dengan angka 2.240 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.706), dan peningkatan belanja paling tajam terlihat di Eropa.
MARINKO OGOREC, Pakar militer Kroasia:
“Sejujurnya, semakin banyak peralatan militer berarti semakin berkurangnya keamanan. Jumlah senjata mengurangi keamanan karena meningkatkan peluang eskalasi, potensi keluarnya senjata dan amunisi dari gudang.”
Sementara itu, Ogorec mengatakan bantuan militer untuk Ukraina dan kekhawatiran atas ancaman yang meningkat dari Rusia sangat memengaruhi keputusan belanja banyak negara lain.
Pakar militer Kroasia:
“Perang di Ukraina mengakibatkan peningkatan belanja militer. Eropa sekarang sedang mencoba untuk memulihkan dan melengkapi persenjataan yang saat ini kosong.”
Ogorec mengatakan bahwa meskipun peningkatan belanja militer merupakan pilihan umum bagi banyak negara Eropa tahun lalu, hal ini tidak meningkatkan keamanan bagi negara-negara tersebut, tetapi justru melayani kepentingan industri militer AS.
MARINKO OGOREC, Pakar militer Kroasia:
“Di sisi lain, ini juga melayani kepentingan AS karena mereka salah satu pengekspor senjata terbesar di dunia. Industri militer AS akan berupaya mempersenjatai beberapa negara Eropa.”
Laporan SIPRI menguraikan bahwa negara-negara NATO di Eropa meningkatkan impor senjata mereka dari AS sebesar 65 persen tahun lalu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Zagreb. (XHTV)