SYDNEY – Profesor Australia Adrian Esterman mengatakan bahwa pola pikir “hidup dengan COVID-19”, yang didorong oleh para pemimpin sejumlah negara, termasuk Australia, adalah sikap yang terlihat santai yang justru dapat terbukti mematikan dan tidak seharusnya menggantikan berbagai langkah keamanan yang telah terbukti, seperti divaksinasi, memakai masker, atau menjaga jarak sosial.
ADRIAN ESTERMAN, Kepala Biostatistik dan Epidemiologi di Universitas Australia Selatan:
“‘Hidup dengan COVID-19 secara otomatis berarti menempatkan kalangan lanjut usia (lansia) dalam risiko. Jadi, bahkan mereka yang telah divaksinasi lengkap pun masih berisiko tinggi terkena infeksi serius jika tertular. Itulah sebabnya Australia kini telah beralih ke dosis keempat bagi semua warga berusia di atas 65 tahun. Meskipun Omicron jauh lebih ringan dibandingkan Delta, masih ada sebagian kecil orang yang sakit parah dan meninggal. Bahkan mereka yang sangat bugar dan muda dapat tertular dan meninggal dunia.”
Hingga Senin (25/4), tercatat 6.786 orang meninggal karena COVID-19 sejak pandemi mulai merebak di Australia, dengan 4.547 kasus kematian di antaranya terjadi pada 2022.
“Jadi, seperti inilah situasi saat ini di Australia. Sedikit sekali pembatasan kesehatan masyarakat saat ini. Banyak orang masih patuh dan mengenakan masker saat pergi ke toko, tetapi hal itu tidak diwajibkan. Seluruh pemerintah, baik pemerintah negara bagian, pemerintah wilayah, maupun pemerintah federal, benar-benar membiarkan kalangan lansia untuk mengurus diri sendiri dan mereka berada dalam risiko. Saya pikir ini sangat disayangkan karena salah satu pekerjaan pertama pemerintah mana pun adalah melindungi masyarakatnya.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Sydney, Australia. (XHTV)