JUDUL: Naiknya harga pakaian soroti kesulitan ekonomi warga Turkiye jelang musim dingin
SHOOTING TIME: 27 September 2024
DATELINE: 1 Oktober 2024
DURASI: 00:02:41
LOKASI: Ankara
KATEGORI: MASYARAKAT/EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan toko-toko di Turkiye
2. SOUNDBITE 1 (Bahasa Turkiye): OGUZHAN SERT, Manajer sebuah butik wanita
3. SOUNDBITE 2 (Bahasa Turkiye): BULENT ECEVIT, Pelanggan
STORYLINE:
Di Ankara, ibu kota Turkiye, udara musim gugur yang sejuk tidak hanya menandakan datangnya musim dingin, tetapi juga membawa kenyataan pahit akan kesulitan ekonomi yang dialami oleh sebagian besar penduduk kota itu.
Sejumlah tantangan ekonomi yang sedang dihadapi Turkiye, termasuk tingginya inflasi dan melemahnya mata uang, membuat masyarakat umum terjebak dalam tekanan finansial.
Industri pakaian, yang merupakan salah satu pilar ekonomi dan penyedia lapangan kerja utama negara tersebut, turut terseret ke dalam pusaran badai ekonomi ini. Turkiye telah lama membanggakan posisinya sebagai pemasok pakaian terbesar ketiga di Eropa, yang diuntungkan oleh lokasi strategisnya yang menjembatani dua benua. Namun, sektor itu kini menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Oguzhan Sert, manajer sebuah butik wanita di Tunali Hilmi Avenue, sebuah destinasi belanja yang populer, menyampaikan pandangan dari kacamata pemilik toko.
“Biaya (toko) kami meroket, biaya bahan baku, tenaga kerja, semuanya. Kami harus menaikkan harga hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu hanya untuk tetap bertahan,” jelasnya, sembari menunjuk ke arah rak-rak mantel dan sweter di belakangnya. “Tapi, bagaimana kami bisa mengharapkan orang untuk membeli ketika upah mereka tidak dapat mengimbangi (kenaikan harga)?”
SOUNDBITE 1 (Bahasa Turkiye): OGUZHAN SERT, Manajer sebuah butik wanita
“Orang-orang yang berpenghasilan upah minimum tidak bisa membeli barang baru. Mereka cenderung mencari diskon atau pergi ke tempat-tempat yang menjual pakaian dengan harga yang lebih terjangkau.
Meskipun lokasi (toko) kami berada di pinggir jalan raya, kami kesulitan dalam menjalankan bisnis. Semuanya sulit.”
SOUNDBITE 2 (Bahasa Turkiye): BULENT ECEVIT, Pelanggan
“Sebagai orang dengan penghasilan upah minimum, saya sangat kesulitan. Semuanya sangat mahal dan daya beli kami menurun. Mustahil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inflasi menurun, tetapi upah kami tidak meningkat. Jadi, para konsumen kesulitan.”
Pemerintah Turkiye di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan telah mengimplementasikan sebuah program disinflasi yang bertujuan untuk mengendalikan harga-harga yang melambung tinggi. Sejumlah data resmi menunjukkan beberapa keberhasilan, dengan inflasi turun menjadi 52 persen secara tahunan (year on year) pada Agustus dari puncaknya yang mencapai lebih dari 75 persen pada Mei.
Erdogan sendiri telah menyatakan bahwa Turkiye “meninggalkan masa-masa ekonomi yang sulit,” dan menunjukkan keyakinan akan “penurunan yang solid dan berkelanjutan” dalam inflasi.
Namun, bagi banyak orang di Ankara, kelegaan itu tampak samar. Ketidaksinambungan antara optimisme pemerintah dan kenyataan sehari-hari terlihat sangat jelas.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara.
(XHTV)