WARTABUANA – Di Bangladesh, budaya minuman panas identik dengan teh. Masyarakat di Bangladesh menikmati teh beberapa kali sepanjang hari.
Selain teh susu klasik, ada pula teh hijau, teh tujuh warna, dan teh berempah yang merupakan teh favorit bagi sebagian besar masyarakat di negara Asia Selatan itu.
Varian terbarunya adalah teh Tandoori, yang meraih popularitas tinggi di kalangan penikmat teh baru-baru ini
Teh Tandoori dianggap unik karena menawarkan variasi rasa dan sensasi minum dari cangkir tanah liat. Di ibu kota Bangladesh, Dhaka, teh tersebut saat ini sangat digandrungi.
Di sebuah pasar di Savar yang terletak di pinggiran Dhaka, banyak orang datang saat malam hari ke warung teh Tandoori, yang menghadirkan rasa nikmat dan menyenangkan dari jenis minuman aromatik pada umumnya.
Teh istimewa ini dibuat dengan bahan tambahan yang biasanya diasapi dalam cangkir tanah liat dan dipanggang dengan suhu tinggi.
Banyak pecinta teh mengunjungi warung teh di bazar Savar, dan para pekerja warung mengatakan para pecinta teh berkumpul setiap hari dan lebih banyak pengunjung di hari-hari dengan cuaca yang sangat dingin pada musim dingin.
“Sangat banyak orang datang ke toko kami dari tempat yang jauh hanya untuk minum teh Tandoori,” kata pemilik warung teh pinggir jalan.
Russel Miah, seorang peminum teh, mengatakan setiap teguk teh Tandoori memberikan rasa yang enak.
“Kami datang ke toko ini setiap kali ingin minum teh karena rasa aromatik teh Tandoori menciptakan daya tarik yang cukup istimewa,” ujarnya.
“Nama saya Md Paris. Saya dari Mirpur 13 Section (di Dhaka). Saya datang ke sini bersama keluarga. Tehnya sangat istimewa dan enak karena ditambah dengan susu kental. Saya meminumnya dengan sangat senang bersama anggota keluarga saya. Tehnya enak.”
“Saya Kawsar Ahmed. Saya dari Mirpur (Dhaka). Tehnya menawarkan rasa alami yang unik dengan rasa berasap. Ini sangat berbeda. Tehnya sepertinya mengandung banyak campuran almond di dalamnya. Setelah saya minum teh di sini, bagi saya rasanya berbeda. Saya sangat menyukainya. Enak sekali.”
“Nama saya Juliet. Tempat kerja saya Uttara di Dhaka. Saya tinggal di Savar. Saya bekerja di sektor swasta. Hari ini saya minum teh untuk pertama kalinya dan perasaan saya sungguh wow.”
Mengomentari teh Tandoori, Mohammad Mamun, pemilik restoran Bangalikhana, mengatakan, “Saya sudah menjalankan restoran teh ini di Birulia (Savar) selama tiga setengah bulan. Ini resep baru, teh Tandoori. Beberapa orang di sini menyebut itu teh teko tanah liat.”
“Nama saya Mohammad Mamun. Nama restoran saya Bangalikhana Restaurant. Saya sudah menjalankan restoran teh di Birulia (Savar) ini selama tiga setengah bulan. Ini resep baru, teh Tandoori. Beberapa orang di sini menyebutnya dengan teh teko tanah liat. Resep teh ini aslinya dibawa dari Turki. Sekarang tersedia di banyak tempat di Bangladesh. Kami menjual secangkir teh Tandoori reguler dengan harga 20 taka (1 taka = Rp165), teh tandoori spesial malai 40 taka, teh tandoori spesial cokelat malai 50 taka. Teh Tandoori Kheer (puding beras) dijual dengan harga 60 taka. Saat ini ada tujuh orang yang bekerja di restoran ini. Kami memiliki banyak pelanggan. Bisnis kami sangat bagus.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Dhaka.
(XHTV)