KABUL – Afghanistan mengekspor lebih dari 1 juta meter persegi karpet selama setahun terakhir, lapor sebuah saluran televisi lokal pada Sabtu (7/5).
Mengutip Perserikatan Produsen dan Pengekspor Karpet di negara tersebut, Tolonews melaporkan bahwa “jumlah penenun karpet mengalami peningkatan selama setahun terakhir dan negara tersebut memproduksi serta mengekspor lebih dari 1 juta meter persegi karpet pada tahun 1400 (berakhir pada 20 Maret menurut kalender Persia).
“Produksi telah meningkat 20 persen,” sebut media itu mengutip perkataan Mohammad Asef Yaghoubi, seorang anggota Perserikatan Produsen dan Pengekspor Karpet.
Namun demikian, menyusul penarikan militer Amerika Serikat (AS), Washington menjatuhkan sanksi terhadap pemerintah Afghanistan yang baru, dengan membekukan aset-aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.480), sehingga menjerumuskan negara yang bergantung pada bantuan itu ke dalam krisis ekonomi.
Sanksi AS juga menyebabkan pengisolasian Afghanistan dan terbatasnya koneksi udara antara negara yang hancur akibat perang tersebut dengan negara-negara lain.
Beberapa pengekspor karpet mencemaskan kurangnya penerbangan dan ditutupnya koridor udara antara Afghanistan dengan negara-negara lain. Mereka menyerukan fasilitasi ekspor karpet, lanjut Tolonews.
“Koridor udara ditutup, kami tidak memiliki fasilitas visa, dan kami memiliki sedikit ekspor melalui Pakistan,” tutur Mohammad Rafi, seorang pedagang karpet.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)