KABUL – Baru-baru ini, nilai mata uang nasional Afghanistan, afghani, terus merosot di tengah kesulitan ekonomi, menyebabkan kekhawatiran yang serius di kalangan warga Afghanistan.
Mata uang afghani diperdagangkan di angka 112,60 untuk 1 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.337) pada Senin (13/12), menurut data yang disediakan oleh Da Afghanistan Bank (DAB), bank sentral negara itu.
Pada Minggu (12/12), nilai tukarnya berada di angka 106,12, sementara pada Sabtu (11/12), nilai tukarnya mencapai 103,66 untuk satu dolar AS, sebuah devaluasi mengejutkan yang terus berlanjut.
Pada awal 2020, afghani diperdagangkan pada kisaran 76 untuk satu dolar AS, dan 77 pada Januari, 81 pada Juli, dan 90 pada pertengahan Agustus.
Seorang pedagang di Kandahar mengatakan bahwa nilai mata uang Afghanistan saat ini berada di level terendah terhadap dolar AS dalam 20 tahun.
SARDAR MOHAMMAD, Pedagang penukaran mata uang di Kandahar:
“Nilai mata uang afghani tidak pernah mengalami penurunan sebesar itu dalam 20 tahun terakhir. Dan, pemerintah seharusnya menjual dolar AS.”
Setelah pengambilalihan Taliban pada pertengahan Agustus lalu, ekonomi Afganistan menderita akibat pembekuan aset milik bank sentral Afghanistan oleh pihak AS senilai lebih dari 9 miliar dolar AS, serta penghentian dana oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Devaluasi cepat mata uang afghani tersebut menyebabkan meroketnya harga barang-barang esensial.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)