JUDUL: Lebih dari 30.000 orang berunjuk rasa di Tokyo untuk perjuangkan konstitusi pasif Jepang
SHOOTING TIME: 3 Mei 202
DATELINE: 5 Mei 2024
DURASI: 00:01:27
LOKASI: Tokyo
KATEGORI: POLITIK/MASYARAKAT
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan aksi unjuk rasa
2. SOUNDBITE 1 (Bahasa Jepang): KANEHISA YAMAUCHI, Demonstran
3. SOUNDBITE 2 (Bahasa Jepang): AKIKO NOGAKI, Demonstran
4. SOUNDBITE 3 (Bahasa Jepang): SHOICHI ITOH, Demonstran
STORYLINE:
Lebih dari 30.000 warga Jepang yang menginginkan perdamaian berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa besar-besaran di Tokyo pada Jumat (3/5) untuk memperjuangkan konstitusi pasif negara tersebut, menyampaikan seruan yang berbunyi “Tidak ada amendemen konstitusi, pertahankan konstitusi, lindungi perdamaian!”
Jepang memperingati 77 tahun konstitusi pasif pascaperangnya pada 3 Mei. Pasal 9 dari undang-undang tertinggi Jepang menyatakan penolakan terhadap perang dan melarang negara itu memiliki kekuatan angkatan darat, laut, dan udara, serta potensi perang lainnya. Namun, belakangan ini terjadi peningkatan kekhawatiran di kalangan masyarakat Jepang mengenai kegigihan dalam menegakkan prinsip-prinsip konstitusi yang menolak perang.
Kanehisa Yamauchi, yang baru kembali dari Okinawa, mengatakan kepada Xinhua bahwa Okinawa semakin dimiliterisasi. Sebulan yang lalu, Pasukan Bela Diri (Self-Defense Forces) Jepang mengerahkan unit rudal surface-to-shippertamanya di pulau utama Okinawa di Pangkalan Uruma.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Jepang): KANEHISA YAMAUCHI, Demonstran
“Saya melihat banyak orang melakukan unjuk rasa di dekat pangkalan di Okinawa selama saya berada di sana. Ada keyakinan bahwa jika kita bekerja sama, kita bisa menghentikan mekanisme jahat pemerintahan ini.”
SOUNDBITE 2 (Bahasa Jepang): AKIKO NOGAKI, Demonstran
“Saya di sini untuk memperjuangkan konstitusi dengan lebih baik, khususnya Pasal 9.”
Sebuah bendera yang sangat menarik perhatian berkibar di atas kerumunan pengunjuk rasa. Pada bagian atas bendera, terdapat gambar seorang gadis kecil terbang di atas seekor burung merpati yang melambangkan perdamaian, dengan kalimat “Jangan berperang! Jangan terlibat dalam perang Amerika Serikat!” yang ditulis dengan huruf besar di bawah gambar tersebut.
Warga yang memegang bendera tersebut, yakni Shoichi Itoh dari Asosiasi Pasal 9, salah satu kelompok antirevisi konstitusi terbesar di Jepang, mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka merupakan pensiunan guru sekolah dasar dan menengah dari Tokyo.
SOUNDBITE 3 (Bahasa Jepang): SHOICHI ITOH, Demonstran
“Saya mengajarkan ilmu sosial dan sejarah di sekolah menengah sepanjang hidup saya, dan di kelas, saya memberi tahu anak-anak bahwa konstitusi bertujuan untuk melakukan refleksi terkait perang dan tidak membiarkan hal itu terjadi lagi. Kami di sini hari ini untuk mencegah anak-anak kami dikirim ke medan perang lagi!”
Namun, pada hari yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida terus mengirimkan pesan video kepada perkumpulan kecil kekuatan proamendemen konstitusi, kembali menekankan perlunya mempercepat pembahasan terkait revisi konstitusi.
Pada Jumat, surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun menyebutkan bahwa “Bukan hanya Pasukan Bela Diri yang perlu dimasukkan ke dalam konstitusi, melainkan juga ‘kemampuan untuk menyerang pangkalan musuh.'”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Tokyo.
(XHTV)