BEIJING, China Society for Human Rights Studies pada Jumat (15/4) merilis sebuah laporan yang mengungkap peningkatan tindakan rasisme anti-Asia di Amerika Serikat (AS).
AS masih bangga mengakui dirinya sebagai negara Anglo-Saxon Protestan Kulit Putih (White Anglo-Saxon Protestant/WASP), kata laporan itu, seraya menyatakan bahwa warga Asia-Amerika, Afro-Amerika, Hispanik, dan penduduk pribumi Amerika menjadi sasaran tindakan diskriminasi dan pelanggaran dalam berbagai bentuk serta tidak dapat menikmati hak asasi mereka sepenuhnya.
Laporan itu terdiri dari tiga bagian yaitu warga Asia-Amerika menghadapi peningkatan serangan rasis di tengah pandemi virus corona, rasisme terhadap warga Asia-Amerika tidak hanya terjadi saat pandemi virus corona merebak, dan beragam alasan di balik meningkatnya sentimen anti-Asia di tengah pandemi virus corona.
Laporan itu mengaitkan peningkatan sentimen anti-Asia dengan serangan rasis virus corona yang dilancarkan sejumlah politisi AS terhadap China, efek supremasi kulit putih, stigma “minoritas teladan” yang membelenggu warga Asia-Amerika, antagonisme antara warga Asia-Amerika dan etnis minoritas AS lainnya, serta sejumlah tindakan politisi AS yang sangat merusak hubungan China-AS.
Dapat disimpulkan bahwa pada era pascapandemi, bahkan jika rasisme anti-Asia berpotensi mereda, serangan rasial terhadap warga Amerika keturunan China akan terus meningkat di bawah pengaruh manipulasi politik anti-China yang dilancarkan sejumlah politisi AS, papar laporan itu, seraya menyerukan perhatian berkelanjutan dari komunitas internasional terkait isu tersebut.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service