NEW YORK – XIA LIN, Koresponden Xinhua : “Long COVID menyebabkan 4 juta orang kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan setidaknya 170 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.923) pendapatan hilang dalam setahun.
Ini menjadi beban ekonomi yang signifikan pada saat biaya hidup meningkat tajam, menurut laporan Brookings yang dikutip Forbes baru-baru ini.
Sekitar 8 persen warga Amerika usia kerja, atau 16,3 juta orang, saat ini mengalami Long COVID.
Berdasarkan estimasi resmi, sebanyak 7 hingga 23 juta orang terdampak oleh Long COVID.
Menurut sebuah studi pada Juli 2021, sekitar 27 persen pasien Long COVID bekerja berjam-jam seperti sebelum jatuh sakit. Sebagai akibat langsung dari Long COVID-19, sekitar 23 persen lainnya tidak bekerja sama sekali.
Gejala-gejala yang mereka alami antara lain migrain, kabut otak (brain fog), batuk kering, dan sesak napas.
Pemerintah federal AS menyatakan bahwa Long COVID-19 dapat dianggap sebagai disabilitas di bawah undang-undang federal, yang mewajibkan pemberi kerja untuk menyediakan akomodasi yang wajar bagi karyawan yang menderita Long COVID.
Namun, seperti yang dilaporkan Wisconsin Public Radio pekan lalu, ‘bantuan untuk pekerja dan pemberi kerja mereka masih elusif,’ dan ‘investigasi dan penegakan dalam kasus seperti itu dapat memakan waktu bertahun-tahun.'”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari New York, AS. (XHTV)