JUDUL: Iran bantah klaim AS perihal pengembangan nuklir terbarunya
DATELINE: 3 Oktober 2023
DURASI: 00:02:00
LOKASI: Teheran
KATEGORI: POLITIK
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan konferensi pers
STORYLINE:
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani pada Senin (2/10) membantah klaim anti-Teheran dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam laporan terbarunya yang berjudul “Strategi Penanggulangan Senjata Pemusnah Massal (Countering Weapons of Mass Destruction/CWMD)”.
“Ini klaim yang tidak berdasar. Iran merupakan negara penanda tangan Perjanjian Nonproliferasi yang berkomitmen dan telah menandatangani perjanjian perlindungan komprehensif dengan Badan Energi Atom Internasional dan mengimplementasikannya,” ujar Kanaani dalam sebuah konferensi pers rutin di Teheran, ibu kota Iran.
Kanaani menekankan bahwa Iran telah berulang kali mengumumkan senjata nuklir tidak mendapat tempat dalam doktrin militer dan pertahanannya, dan negaranya menentang penggunaan senjata semacam itu.
Dia menambahkan bahwa Iran merupakan korban terbesar dari senjata kimia, terutama dalam perang Irak-Iran dari 1980 hingga 1988, ketika sejumlah negara Barat, termasuk AS, mendukung pemimpin Irak saat itu, Saddam Hussein, dengan memasok berbagai jenis bahan kimia, peralatan, dan senjata untuk pasukannya.
Kanaani mengatakan bahwa pemerintah AS tidak memiliki legitimasi untuk menilai komitmen negara-negara dalam hal ini, dengan alasan komitmennya yang rendah terhadap kewajiban-kewajiban di bawah Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention/CWC) dan Konvensi Senjata Biologi, serta menciptakan “laboratorium-laboratorium ilegal” di seluruh dunia.
Dalam laporan 2023 yang dirilis pada Kamis (28/9), Departemen Pertahanan AS menyatakan bahwa “Iran dinilai tidak sedang mengejar program senjata nuklir saat ini, tetapi memiliki kapasitas untuk memproduksi bahan fisil yang cukup untuk perangkat nuklir dalam waktu kurang dari dua pekan.”
Mereka juga menuding Iran “tidak mematuhi kewajiban-kewajiban CWC.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Teheran.
(XHTV)