JAKARTA – Indonesia dan Selandia Baru sepakat untuk meningkatkan kerja sama bilateral. Komitmen tersebut diwujudkan dalam kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Selandia Baru Nanaia Mahuta ke Jakarta pada Senin (15/11).
Dalam kunjungan tersebut, dirinya beserta Menlu Republik Indonesia (RI) Retno Marsudi memimpin pertemuan Komisi Menteri Gabungan (Joint Ministerial Commission/JMC) ke-10. Menlu Mahuta juga menemui Presiden RI Joko Widodo di Jakarta.
Retno mengatakan bahwa Indonesia berupaya meningkatkan kerja sama investasi dan perdagangan dengan Selandia Baru, seraya menyerukan agar negara tersebut meningkatkan kerja sama melalui skema multilateral yang sudah ada.
Lebih lanjut, Retno mengharapkan Selandia Baru membuka pasarnya untuk buah-buahan tropis Indonesia.
RETNO MARSUDI, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia:
“Saya berharap kerja sama perdagangan seperti Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement) ASEAN-Australia-Selandia Baru dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dapat dimanfaatkan untuk mendorong perdagangan dan investasi.”
Mahuta mengatakan bahwa kedua negara menyepakati perlunya kerja sama internasional untuk melawan pandemi COVID-19. Dirinya menambahkan Selandia Baru mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Selandia Baru juga berjanji berkontribusi pada transisi Indonesia untuk bergantung pada energi terbarukan.
NANAIA MAHUTA, Menteri Luar Negeri Selandia Baru:
“Saya dengan senang hati mengumumkan pendanaan senilai 6 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.225) selama lima tahun di bawah kemitraan baru dengan Global Green Growth Institute. Ini akan memberikan kontribusi dukungan internasional yang penting bagi Indonesia guna mempercepat transisinya untuk bergantung pada energi terbarukan.”
Indonesia dan Selandia Baru melaporkan nilai perdagangan sebesar 1,25 miliar dolar AS dari Januari hingga September 2021, meningkat 37 persen dibandingkan tahun lalu. Kedua negara menargetkan untuk mencapai nilai perdagangan 2,8 miliar dolar AS pada 2024 mendatang.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Jakarta. (XHTV)