ANKARA – Hampir 60.000 pengungsi Suriah telah kembali ke negara asalnya pascagempa bumi pada Februari lalu menghancurkan rumah mereka di Turkiye, demikian disampaikan seorang menteri kabinet Turkiye, pada Senin (27/3).
HULUSI AKAR, Menteri Pertahanan Turkiye:
“Sekitar 60.000 warga Suriah yang tinggal di Turkiye telah kembali ke negara mereka karena kehilangan rumah dan kerabat mereka.”
Sang menteri membantah klaim bahwa ada gelombang masuk pengungsi dari Suriah, seraya menekankan bahwa perbatasan Turkiye dilindungi dengan ketat dari penyeberangan ilegal.
HULUSI AKAR, Menteri Pertahanan Turkiye (Sumber: Kementerian Pertahanan Turkiye):
“Tudingan penyeberangan ilegal melalui perbatasan tidak menggambarkan kebenaran. Perbatasan kami dilindungi, dijaga, dan diawasi siang dan malam, dengan langkah-langkah paling intens dalam sejarah republik Turkiye, dengan kendaraan dan peralatan berteknologi canggih selama 24 jam sehari, 7 hari sepekan.”
Turkiye menampung lebih dari 3,6 juta warga Suriah dan merupakan negara penampung pengungsi terbesar di dunia. Turkiye memberikan akses kepada banyak dari pengungsi tersebut untuk mendapatkan layanan sosial, tempat tinggal, dan izin kerja.
Tahun lalu pemerintah Turkiye melarang pengungsi Suriah dengan izin perlindungan sementara untuk melakukan perjalanan bolak-balik antara kedua negara tetangga itu guna mendorong kepulangan menyeluruh ke negara asalnya.
Namun, menyusul gempa bumi, pemerintah Turkiye melonggarkan pembatasan perjalanan internal pengungsi untuk memudahkan mereka menetap di kamp dan daerah setempat di luar zona bencana.
Otoritas Turkiye mulai mengizinkan pengungsi Suriah yang tinggal di 11 provinsi yang dilanda gempa untuk secara sukarela kembali ke Suriah utara dan kemudian kembali ke Turkiye selama mereka tidak meninggalkan negara itu lebih dari enam bulan.
Para pengungsi tersebut dapat melintasi perbatasan Bab al-Hawa, Bab al-Salam, dan Jarablus.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara. (XHTV)