WASHINGTON, Perusahaan farmasi multinasional Amerika Serikat (AS) Pfizer berada di bawah tekanan terkait dugaan penipuan data dalam uji coba klinis vaksin COVID-19 buatannya, menurut jurnal medis Inggris The BMJ.
Seorang mantan pegawai organisasi riset yang berbasis di Texas, Ventavia Research Group, yang mengelola wilayah uji coba vaksin Pfizer, baru-baru ini menyuarakan kekhawatiran terkait integritas data dan pengawasan kepatuhan terhadap regulasi oleh perusahaan farmasi itu, ungkap artikel yang diterbitkan dalam The BMJ.
Di dalam artikel tersebut, mantan direktur regional Ventavia Research Group itu mengungkap bahwa Pfizer “memalsukan data, melakukan eksperimen ‘tidak buta’ terhadap pasien, mempekerjakan tenaga vaksinator yang tidak dilatih secara memadai, serta lambat dalam menindaklanjuti efek samping merugikan yang dilaporkan dalam uji coba fase III yang sangat penting.”
Staf yang melakukan pemeriksaan kontrol kualitas pun kewalahan dengan banyaknya jumlah masalah yang mereka temukan, imbuh artikel.
Sebelum membeberkan hal ini dalam The BMJ, wanita dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di dunia manajemen dan koordinasi riset klinis itu dipecat karena diketahui berulang kali melaporkan pelanggaran masif dalam uji coba klinis Pfizer, termasuk melayangkan emailpengaduan kepada badan pengawas obat dan makanan AS, Food and Drug Administration (FDA).
Ketika memverifikasi pernyataan maupun informasi yang dibeberkan itu, The BMJ menerima lebih banyak bukti yang meyakinkan bahwa uji coba vaksin tersebut tidak memenuhi standar yang dinyatakan oleh Pfizer, termasuk penyimpanan vaksinyang tidak sesuai, pelanggaran norma-norma uji coba buta (blind testing), galat data yang kerap terjadi, serta respons lambat terhadap keluhan efek samping, papar artikel.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service