ROMA, Dampak ekonomi yang parah dari krisis energi dirasakan oleh hampir seluruh sektor ekonomi di Eropa, dan masalah tersebut pasti akan tetap ada hingga konflik antara Rusia dan Ukraina diselesaikan.
Baru-baru ini, Komisi Eropa memperkirakan bahwa Uni Eropa (UE) yang terdiri dari 27 negara itu akan tergelincir ke dalam resesi pada musim dingin ini, menyatakan bahwa blok tersebut termasuk “di antara perekonomian-perekonomian maju yang paling terdampak” oleh krisis itu.
Komisi tersebut mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat pada paruh pertama tahun ini “akan mengangkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil pada 2022 secara keseluruhan menjadi 3,3 persen di UE … jauh di atas 2,7 persen yang diproyeksikan dalam Perkiraan Interim Musim Panas.” Namun, Komisi Eropa mengatakan “prospek untuk 2023 secara signifikan lebih lemah untuk pertumbuhan dan lebih tinggi untuk inflasi” dibandingkan perkiraan sebelumnya, terutama akibat konflik di Ukraina dan meroketnya harga energi.
Jerman dan Italia, importir terbesar gas alam Rusia pada awal krisis Ukraina, merupakan dua negara yang merasakan pukulan ekonomi pertama. Saat ini, pihak-pihak yang terdampak meliputi negara-negara Eropa yang terkurung daratan dan tidak memiliki pilihan untuk mengimpor gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dalam jumlah besar seperti yang dilakukan Jerman dan Italia. Negara-negara lain seperti Prancis, yang merupakan penghasil utama tenaga nuklir, atau Polandia, yang bergantung pada cadangan batu bara yang melimpah untuk sebagian besar energinya, memiliki keunggulan dalam kemandirian energi mereka.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service