BEIJING, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa pertempuran di Ukraina memiliki dampak signifikan terhadap pasar pangan global dan dapat menyebabkan tambahan 11 hingga 19 juta orang mengalami kelaparan kronis.
Menurut juru bicara FAO, negara-negara yang paling terdampak oleh konflik berada di kawasan Afrika Utara.
Juru bicara tersebut menuturkan bahwa harga pangan internasional yang lebih tinggi diproyeksikan akan meningkatkan tagihan impor pangan global ke rekor 1,8 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.555) pada 2022.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat memicu kekacauan sosial dan ekonomi di seluruh dunia.
Ketika konflik tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda, para pemimpin negara Eropa berbeda pendapat terkait penjatuhan sanksi terhadap Rusia.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Kanselir Jerman Olaf Scholz yang tengah berkunjung ke Serbia pada Jumat (10/6) gagal mencapai kesepakatan terkait perlunya menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah diskusi mereka soal krisis Ukraina.
Dalam konferensi pers, Vucic mengungkapkan bahwa Scholz “secara tegas, jelas dan tajam” telah meminta Serbia untuk bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia, dan bahkan menawarkan bantuan untuk pembangunan kapasitas energi.
Dia menyatakan bahwa Serbia memiliki posisi berbeda dalam hal perlunya menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Jumat bertemu dengan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace untuk membahas dukungan bagi negaranya.
Wallace berjanji Inggris akan melanjutkan bantuan pertahanan untuk Kiev dan menekankan pentingnya memulihkan integritas wilayah Ukraina.
Sebanyak 11 hingga 19 juta orang terancam mengalami kelaparan kronis di seluruh dunia akibat konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Inilah fakta yang juga perlu diketahui terkait perkembangan terbaru dari konflik tersebut.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service