ROMA – Meningkatkan akses untuk pengetahuan dan sumber daya bagi perempuan yang bekerja di sektor pangan dan pertanian dapat mendorong pertumbuhan global dan berkontribusi untuk memberi makan jutaan orang, demikian menurut laporan baru yang dirilis pada Kamis (13/4) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bertajuk “Status Perempuan dalam Sistem Pertanian Pangan”, laporan tersebut mengatakan bahwa ketidaksetaraan gender seperti upah yang lebih rendah dan akses pendidikan yang terbatas bagi perempuan menyebabkan kesenjangan sebesar 24 persen dalam produktivitas antara petani perempuan dan laki-laki di lahan pertanian dengan ukuran yang sama.
Mengingat fakta bahwa lebih dari sepertiga pekerja perempuan di dunia berkecimpung dalam sistem pertanian pangan, yang mencakup produksi produk pertanian pangan dan nonpangan, serta sejumlah kegiatan terkait mulai dari penyimpanan, transportasi dan pengolahan pangan hingga distribusi, menemukan berbagai cara untuk meningkatkan produktivitas mereka akan berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global hingga hampir 1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.792) dan mengurangi jumlah masyarakat yang rawan pangan hingga 45 juta, papar laporan itu.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa meski terjadi perbaikan selama satu dekade terakhir atau lebih, perempuan tetap “sangat tidak diuntungkan dalam kepemilikan tanah dibandingkan dengan laki-laki,” termasuk lemahnya perlindungan hak-hak perempuan atas tanah di 40 dari 46 negara yang disurvei untuk laporan itu.
“Jika kita mengatasi ketidaksetaraan gender yang endemik dalam sistem pertanian pangan dan memberdayakan perempuan, dunia akan mengambil langkah besar dalam mencapai target untuk mengakhiri kemiskinan dan menciptakan dunia yang bebas dari kelaparan,” ujar Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut.
Laporan FAO setebal 264 halaman itu bermaksud untuk memberikan analisis komprehensif kepada pemerintah dan perusahaan tentang bukti yang tersedia terkait kesenjangan gender serta pemberdayaan perempuan dalam sistem pertanian dan pangan.
Laporan tersebut merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Kondisi Pangan dan Pertanian 2010-2011: Perempuan dalam Pertanian”.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Roma.
(XHTV)