JAKARTA – Seorang ekonom Indonesia mengatakan diversifikasi penyelesaian transaksi akan memberikan otonomi moneter yang lebih besar kepada negara-negara, dalam hal pengambilan keputusan keuangan dan moneter.
DAVID SUMUAL, Kepala ekonom PT Bank Central Asia Tbk. Indonesia:
“Pada 1944, kita tahu bahwa dolar (AS) adalah mata uang jangkar. Namun, (hampir) 80 tahun setelah Perang Dunia II berakhir, tren ekonomi dan hubungan investasi saat ini telah banyak berubah, sementara arsitektur moneter global secara praktis masih sama. Dengan kata lain, sistem moneter global saat ini tidak mencerminkan dinamika dan juga perubahan hubungan perdagangan dan investasi ekonomi global yang terjadi saat ini.”
“Misalnya, hubungan perdagangan antara Indonesia, India, dan China akhir-akhir ini terus meningkat. Namun, kita masih menggunakan dolar AS sebagai metode pembayaran. Jadi, hal itu tidak mencerminkan apa yang terjadi dalam ekonomi global dan apa yang kita lakukan dengan arsitektur moneter global.”
“Diversifikasi dan juga penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi akan memberikan lebih banyak otonomi, otonomi moneter, kepada negara-negara tersebut dalam hal pengambilan keputusan keuangan dan moneter. Langkah itu juga akan mengurangi potensi volatilitas jika ada bank sentral besar, seperti misalnya The Fed, tiba-tiba mengubah kebijakan moneter mereka.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Jakarta. (XHTV)