WARTABUANA – China telah mempertahankan posisinya sebagai pusat manufaktur terbesar di dunia selama 11 tahun berturut-turut, menyumbang hampir 30 persen dari output manufaktur global, demikian menurut Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China.
Dalam lima tahun terakhir, output industri bernilai tambah di China telah meningkat dari 23,5 triliun yuan (1 yuan = Rp2.211) menjadi 31,3 triliun yuan, ujar Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi China Xiao Yaqing pada Senin (1/3).
Selama periode Rencana Lima Tahunan ke-13 (2016-2020), tingkat pertumbuhan rata-rata output bernilai tambah dari sektor manufaktur teknologi tinggi China mencapai 10,4 persen, naik 4,9 poin persentase dari keseluruhan output industri, papar data kementerian tersebut.
Industri transmisi dan perangkat lunak informasi serta layanan teknologi informasi telah mencatatkan kemajuan yang luar biasa selama periode itu. Output industri bernilai tambah di industri-industri tersebut melonjak dari 1,8 triliun yuan menjadi 3,8 triliun yuan dengan proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh dari 2,5 persen menjadi 3,7 persen, tambah Xiao.
Hingga akhir 2020, penetrasi akses tetap pita lebar (fixed broadband) untuk rumah tangga di China mencapai 96 persen, sementara tingkat penetrasi akses bergerak pita lebar (mobile broadband) tercatat 108 persen, seperti ditunjukkan data itu.
Dalam hal pengembangan 5G, China telah membangun total 718.000 stasiun pemancar atau base transceiver station (BTS) 5G hingga akhir tahun lalu, dengan jumlah terminal seluler yang terhubung ke jaringan melampaui 200 juta, menurut kementerian tersebut.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Beijing. (XHTV)