WARTABUANA – Provinsi Helmand yang dilanda militansi dikenal sebagai lokasi penanaman opium di Afghanistan seiring kelompok Taliban garis keras berupaya mendapatkan kembali kekuasaan di provinsi yang bergolak tersebut.
Di tengah militansi dan konflik yang masih berlangsung di Helmand, sekelompok wanita cukup berani untuk mengelola sebuah perpustakaan di Lashkar Gah, ibu kota provinsi itu, guna mempromosikan budaya belajar dan membaca buku.
Menggambarkan ketidaktahuan sebagai “kegelapan”, Nawrozi beranggapan bahwa buta huruf dan ketidaktahuan bagaikan kegelapan di malam hari yang memaksa masyarakat untuk berdiam diri di dalam rumah.
Dia juga mengecam pihak konservatif di kalangan masyarakat patriarki, mengatakan bahwa nilai-nilai tradisional mendorong aksi poligami dan kekerasan terhadap perempuan di masyarakat. Dia bergumam bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan memotivasi dirinya melakukan sesuatu untuk mereka dan membela hak-hak mereka sendiri.
Nawrozi yakin bahwa ketidaktahuan merupakan penyebab utama dari penderitaan yang dialami kaum perempuan di Afghanistan, seraya menyebutkan bahwa perempuan yang mampu membaca dan menulis tidak dapat dieksploitasi. Oleh karena itu, mempromosikan literasi dan pengetahuan di kalangan kaum perempuan dengan cara apa pun, termasuk mengelola perpustakaan di negara tersebut, sangatlah penting.
Didirikan dan dikelola oleh kaum perempuan sejak dua bulan lalu, perpustakaan tersebut merupakan yang pertama dari jenisnya di Provinsi Helmand yang penuh konflik dan dianggap banyak orang sebagai sebagai sarang militan Taliban di Afghanistan yang dilanda militansi.
Untuk menarik lebih banyak pelanggan dan lebih banyak klien, Nawrozi dan rekan-rekannya juga membuka Kitab Cafe (Kafe Buku) di sebelah perpustakaan itu dan menyajikan kopi, teh, serta berbagai hidangan khas lokal bagi pelanggan.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)