WARTABUANA – Sejak Era industri 1.0 terjadi proses minimalisir kebutuhan tenaga manusia, bahkan discruption yang terjadi di er 4.0 melahirkan ‘ketakutan’ sulitnya mencari pekerjaan. Solusinya dengan mengembangkan bisnis berbasis networking dan mengandalkan media sosial untuk promosi serta branding.
Hal itu diungkapkan Michelle Wibowo, founder Foxy Beauty Academy dalam Seminar Enterpreneurship Abad 21 bertema “Are U Ready For Discruption Era?” yang digelar Minggu (24/02/2019) di Best Wester Plus Kemayoran Hotel, Jakarta Pusat.
Selain Michelle Wibowo, seminar yang di moderatori oleh Wina Unus (ex senior manager PT Sharp Indonesia) itu juga menghadirkan pembicara Sugianto SE (HDI Learning Centre Bekasi) dan Wendi Santoso SE (Founder Bandar Jakarta Restaurant).
Sebagai seorang pengusaha wanita, sosok Michelle Wibowo tidak bisa dipandang sebelah mata. keuletan dan pengalaman hidup telah ‘menggodok’nya menjadi wanita kreatif dan inspiratif. Foxy Beauty Academy menjadi bukti nyata hasil kerja wanita berusia 28 tahun ini. Sederet penghargaan sudah diraihnya, namun Michelle Wibowo terus berkreasi agar selalu unggul di setiap situasi.
Bagi wanita lulusan Stockholm University, Swedia ini untuk meraih kesuksesan kita jangan cepat puas dan harus berani keluar dari zona nyaman. Hal itu sudah dia lakukan sejak remaja. “Kebetulan saya berasal dari keluarga berkecukupan. Jika saya mau menuruti apa keinginan orang tua, saya tidak perlu susah-susah cari uang sendiri. Tapi saya tidak menyesal, karena kini saya bahagia bisa menikmati hasil dari apa yang saya usahakan sendiri,” ungkap Michelle Wibowo di hadapan peserta seminar itu.
Dengan prinsip hidup “I need to earn my own success to gain my own freedom”, Michelle Wibowo mengaku merintis usaha dari nol hingga kini memiliki beberapa perusahaan bukan semata-mata karena uang, tetapi dia ingin kebebasan. “Saya tipikal orang yang dominan, saya orang koleris, saya tidak mau hidup saya diatur-atur,” ungkapnya.
Demi menjalani kehidupan ‘mandiri’ sesuai versinya, saat kuliah di Sanghai, London dan Swedia, pengusaha yang menjalankan bisnisnya dari Ruko Newcastle, Green Lake dan Apartemen Green Palm di Cengkareng ini rela kerja paruh waktu.
Bahkan setelah kembali ke Indonesia, dia sempat menjadi guru les bahasa Mandarin, SPG, sales asuransi hingga menawarkan produk detergen di SPBU Jakarta. “Meskipun berat saya jalani. Kini semua pengalaman hidup itu menjadi ‘buku pintar’ yang menuntun saya meraih kesuksesan,” paparnya.
Selain bisnis kecantikan, Michelle Wibowo juga memiliki cafe dan beberapa usaha lain. Namun semua itu tidak membuatnya puas. Di tengah kesibukkannya, dia masih sempat melakoni bisnis Multi Level Marketing (MLM) di Harmoni Dinamik Indonesia (HDI) dengan produk utama olahan madu untuk kesehatan dan kecantikan.
“Saat pertama di prospek, saya masih under estimate dengan MLM. Bahkan saya sempat maraj kepada orang yang gigih membujuk saya. Akhirnya saya berusaha open mind, ternyata bisnis MLM itu sangat menyenangkan dan bisa menghasilkan banyak uang,” ungkapnya.
Michelle Wibowo mengaku tidak salah melangkah. Meskipun usahanya sudah mapan, namun dia menggeluti usaha yang mengandalkan networking dengan fokus. Hasilnya, kini dia menduduki level Diamond Leader dengan jejaring yang luas dan penghasilan yang besar.
“Teknologi sekarang makin canggih, akibatnya akan terjadi pengurangan SDM dan diganti dengan mesin atau robot. Saya memilih bisines network marketing untuk back up, karena bisnis ini yang resikonya hampir tidak ada,” tutur wanita yang pernah meraih award diantaranya Top Woman Award 2019, Best Spirited,Inspiring & Creativity Woman Award Winner 2019, Indonesian Entrepreneur 2019, Pengusaha Wanita Kreatif &Inspiratif 2019, Merk Bisnis Terpercaya dalam Bidang Kecantikan, Rumah Sakit & Klinik Kecantikan Terpercaya 2019 dan The most recommended Beauty Academy & Clinic in Customer Service.
Dalam seminar itu, Michelle Wibowo memberikan under line, bahwa dalam hidup jangan takut untuk keluar dari jalur nyaman. Dan untuk menghadapi era industri 4.0 kita harus segera melirik usaha yang lebih mengandalkan networking dan kemajuan teknologi. []