Oleh: Hazmi Srondol
“…Kamu tenang saja, saya akan menjadi Presiden ketika rakyat mencari saya…”
Saya tidak pernah lupa kalimat itu. Kalimat yang diucapkan saat menepuk pundak saya berulang kali ketika saya menangis terisak. Usai Prabowo meminta saya sabar dan mengingat bahwa keselamatan bangsa dan negara lebih penting dari semua itu (pilpres 2014 -red).
Saat itu, pertengahan oktober 2014 saya masih belum memahami. Hati saya begitu terluka dan kecewa. Bukan hanya karena perhitungan hasil akhir Pilpres 2014 yang aneh dan mengejutkan, namun lebih karena saya mendapat kabar bahwa Prabowo memberikan sikap hormat militer lebih dahulu kepada Jokowi saat ia datang ke rumah Kertanegara. Padahal saat itu belum dilantik menjadi Presiden. Waktu itu, saya merasa—belum waktunya.
Hari berlalu, tahun berganti. Akhirnya ada satu kejadian, yang kalau boleh sedikit lebay saya menyebutnya “digital spiritual experience”. Sebuah pengalaman spiritual di dunia digital yang menyadarkan saya bahwa kalimat Prabowo diatas adalah benar.
Saya yang mempunyai dasar pendidikan dan profesi di bidang telekomunikasi, internet marketing dan kepenulisan sering berdiskusi dengan rekan-rekan dengan dasar dan keminatan yang sama. Kami sering sedih, apalagi melihat agresifnya petahana yang ketika usai dilantik begitu menggebu melakukan aksi untuk penguasaan trend dan hasil pencarian di situs-situs pencarian data/berita seperti Google, Yahoo bahkan sistem pencarian di social media seperti facebook, IG dan twitter lewat media-media besar yang dikuasainya.
Beragam alat ukur dengan berbagai parameter pun kami gunakan untuk memantau semua pergerakan digital ini. Dari volume query trend, LSI sugestion, social media signal, hingga new keyword natural pun sudah kita pasang tinggi-tinggi “antena” nya agar bisa mendapat informasi big data di internet secara maksimal. Volume, variaty dan velocity semua berita dan informasi petahana kita monitor tiada henti. Bergantian jadwal tentunya dengan kawan-kawan seperjuangan.
Harus diakui, petahana begitu mewah dengan istrument yang dimilikinya sebagai pejabat presiden. Hal kecil saja menjadi berita. Apalagi hal besar seperti pernikahan anaknya. Semua ini mempunyai satu tujuan: membentuk populek (popularitas elektabilitas) yang tinggi. Bila perlu mentok di 99%.
Namun Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah– perdetik tulisan ini dibuat, rencana tersebut gagal total.
Agresifitas ini seakan hanya mampu melejit hingga akhir tahun 2016. Dari awal tahun 2017 hingga 2018 ini—populek petahana STUCKED! Diam tak bergerak. Tak beranjak naik bahkan terus menurun. Tak ada gerakan pembentukan tren yang mampu lebih tinggi daripada akhir tahun 2016. Sekarang, populeknya manya mentok di 40%.
Kami pun kadang menjadi geli sendiri melihat kekhawatiran dan kepanikan tim media dan survey petahana dengan beragam aksinya. Walau merosotnya trend petahana ini sering ditutupi oleh lembaga-lembaga survey mereka, namun masih ada saja lembaga survey yang keceplosan menyatakan memang petahana popularitas dan elektabiloitasnya mentok di 40%. Padahal, untuk menjemput jabatan dua periode presiden—setidaknya petahana butuh 51%.
Namun, dari stucked-nya petahana—ada pertanyaan besar dari kami. Bagaimana dan apa yang bisa membuat Prabowo mengambil alih dan menjungkir balikan trend yang sudah terbentuk ini?
Dua tahun kami menunggu. Bahkan ketika trend #2109GantiPresiden mencuat dan menguasai lebih dari 80% trending disegala mesin pencarian dan social media, belum terlihat gerakan ini ter-konversi total menjadi milik Prabowo. Sepertinya memang banyak yg berebutan utk menjadi sosok pengganti Presiden ini. Tim digital masing-masing jagoan mencoba menempel dan berharap menjadi miliknya.
Ya, memang ada pergerakan kenaikan trend Prabowo saat mulai turun gunung dalam pilkada Jateng dan Jabar 2018. Namun trend atau populeknya masih di bawah petahana yang stucked itu.
Namun, entah ada pemikiran apa—mendadak usai Lebaran 2018, Prabowo menggelar acara livestreaming melalui halaman facebook pribadinya. Tanyangan pertama tanggal 19 Juni 2018 ini langsung mengundang 200 ribuan penonton, belasan ribu komentar dan ribuan orang membagi acara tersebut di akun-akun sosmed milik mereka masing-masing.
Belum lagi kegiatan livestreaming ini berlanjut saat acara Halal bi Halal dengan kadernya di Semarang tanggal 23 Juni 2018 dan dilanjut maraton esoknya di tanggal 24 dan 26 Juni 2018. Kali ini tidak tanggung-tanggung dengan mengundang beberapa counter part anak muda untuk diajak berkumpul dan membuat acara sendiri dengan tajuk “Diskusi Bersama Prabowo”. Kali ini, sudah ada logo DIGDAYA TV di acara tersebut dengan format acara mirip “HARDtalk” nya BBC TV. Penontonnya pun melonjak. Hampir setengah juta penonton.
Hal ini tentu menyenangkan. Namun ada yang lebih membahagiakan daripada sekedar setengah juta penonton, belasan ribu komentar atau ribuan shared acara diskusi tersebut. Hal itu adalah terjadinya sejenis keajaiban digital. Keajaiban yang seperti sengatan listrik atau sambaran petir dalam algoritma atau tatanan big data internet, khususnya di Indonesia. Terkejut dan berubah drastis.
Dalam bahasa teknis, munculnya kejadian acara diskusi tersebut membuat banyak media dan orang menjadi tertarik dan berusaha “mencari” informasi ini. Ratusan media digital, forum-forum digital, status-status mendadak membuat berita, bahasan hingga komentar mengenai apa yang disampaikan Prabowo dalam diskusi tersebut.
Ratusan ribu bahkan jutaan jemari-pun sekan tergerak untuk mengetik kata kunci (keyword) sesuai alam pikiran masing-masing: PRABOWO!
Habit (kebiasaan) pencarian oleh khalayak ramai inilah yang akhirnya dalam format big data mesin pencarian, apapun itu akan dikalkulasi menjadi volume trend dan keyword suggestion. Dua hal yang bagi lembaga survey, ahli riset komunikasi bahkan sekedar blogger pun harus dimoitor dan dipahami sebagai satu kesatuan tolak ukur popularitas dan elektabilitas dengan satu sebutan: TREND.
Trend ini tersaji menjadi lebih luas, mengingat menurut aturan teknis LSI (Latent Sematic Indexing), pencarian kata kunci “PRABOWO” meluas dan beranak cabang menjadi pencarian yang lebih detail seperti Prabowo Muda, Prabowo tegas, Prabowo Jujur, Pilpres Prabowo bahkan sampai ke pencarian dengan kalimat panjang di kolom mesin pencarian seperti : Siapa wakil Prabowo?.
Menariknya, banyak situs informasi yang membahas Prabowo yang sebelumnya tak pernah atau jarang dikunjungi menjadi banyak terima “tamu dadakan”.
Kompilasi dari turunan acara livestreaming diskusi Prabowo ini pun menghasilkan efek jungkir balik. Khususnya jika head to head Prabowo dan petahana. Petahana terjungkal. Tumbang. Habis. KO! Dengan segala kemewahan insfrastruktur dan intrumen media mainstreamnya.
Sedangkan Prabowo, seminggu ini sudah berhasil melakukan crossing grafic. Take over trend dan mencapai popularitas dan elektabilitasnya dalam kisaran angka 52% sd 65%. Itupun akan semakin jauh meninggalkan petahana setelah Prabowo resmi mendaftarkan diri beserta pasangannya di KPU sebelumnya.
Nah, inti dari semua informasi kemenangan trend Prabowo yang saya sampaikan panjang lebar kali tinggi ini adalah satu hal: bahwa yang mencarinya jauh lebih banyak dari petahana. Bahkan saya sependapat dengan tim digital SBY yang menyatakan bahwa angka kemenangan (trend) Prabowo sekarang sekitar 62%.
*Jadi tolong, pak Prabowo. Penuhi janjimu untuk menjadi Presiden. Saat ini, rakyat sudah mencarimu!*
Itu saja.
Salam,
*Penulis adalah penggiat media sosial