Oleh: Veronika S. Saraswati
China Study Unit Convenor CSIS Indonesia
Selamat atas terpilihnya kembali Ketua Xi Jinping sebagai Presiden Tiongkok pada Maret 2023. Memasuki periode ketiga masa jabatan Presiden Xi Jinping, Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping akan melanjutkan pembangunan yang akan tetap membawa kesuksesan besar. Presiden Xi Jinping memimpin pembangunan China di semua sektor berdasarkan “Teori Inovasi (Innovation Theory)”. Teori Inovasi merupakan kelanjutan dari “Teori Pembangunan Ilmiah (Scientific Development Theory)” yang menjadi dasar visi dan misi kepemimpinan Presiden Hu Jintao.
Pencapaian besar di berbagai sektor pembangunan merupakan hasil penting yang menunjukkan keberhasilan teori pembangunan Tiongkok sejak masa pembangunan nasional hingga sekarang. Konsep pembangunan nasional Tiongkok berkelanjutan dari satu periode kepemimpinan ke periode berikutnya, tidak terputus.
Berawal dari periode pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Ketua Mao Zedong pada tahun 1949, Tiongkok saat itu sedang dalam proses membangun dasar dan arah untuk pembangunan bangsa. Melalui perjalanan sejarah panjang, hinggsa saat ini, Tiongkok memasuki periode pencapaian hasil besar dari seluruh proses pembangunan sejak kemerdekaannya pada tahun 1949. Kebangkitan pembangunan ekonomi Tiongkok tidak hanya membawa kemakmuran bagi masyarakat Tiongkok saja tetapi juga membawa manfaat besar bagi pembangunan dunia.
Kegigihan dan sikap pantang menyerah dalam menghadapi setiap tantangan pembangunan mulai dari kepemimpinan Ketua Mao Zedong hingga kepemimpinan Presiden Xi Jinping pantas menjadi catatan sejarah yang penting dan sangat berharga untuk diwariskan pada generasi muda Tiongkok. Hujan badai gelombang besar tidak pernah menghalangi langkah berani dan konsisten Tiongkok untuk mewujudkan kemerdekaan dan bergerak maju hingga akhirnya Tiongkok berhasil menjadi negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Harmoni dan perdamaian tetap menjadi jantung dan nafas kehidupan masyarakat dan laju pembangunannya.
Pencapaian Ekonomi China
Pada awal tahun baru 2023, Presiden Xi Jinping mengumumkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok untuk tahun 2022 mencapai 120 triliun Yuan. Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, rakyat Tiongkok telah berhasil meraih prestasi di bidang ekonomi dengan mempertahankan posisi Tiongkok sebagai negara dengan PDB terbesar kedua di dunia. Pencapaian besar ini akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang terpilih kembali pada Maret 2023.
Selama kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Tiongkok semakin memperkuat perekonomian seperti beberapa zona perdagangan bebas percontohan dan Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan yang telah berkembang semakin pesat, program-program inovatif di wilayah pesisir, percepatan pembangunan di seluruh Tiongkok, program revitalisasi dan pembangunan skala besar di daerah perbatasan untuk menciptakan kemakmuran masyarakat.
Presiden Xi Jinping selalu menyerukan semangat untuk masyarakat Tiongkok agar terus bekerja keras berusaha maju dan tetap percaya pada diri sendiri. Dalam upaya memulihkan masalah Hong Kong, Presiden Xi Jinping menunjukkan kebijakan populis yang damai.
Di bawah arahan Presiden Xi Jinping, persoalan Hong Kong berhasil dipulihkan dengan kebijakan politik dan keamanan secara damai dan tertib sehingga cepat untuk melanjutkan pembangunan lagi. Dengan adopsi dan implementasi ‘Prinsip Satu Negara Dua Sistem’, Taiwan, Hong Kong, dan Makau juga mendapat manfaat kemakmuran ekonomi dan stabilitas jangka panjang. Di bawah arahan Presiden Xi Jinping, pemerintah China mampu menyelesaikan setiap masalah kedaulatan secara damai dan harmonis.
Di sektor pertanian, meski terjadi krisis pangan global, China tetap mampu melakukan panen raya selama dua puluh tahun berturut-turut sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat terjamin. Pemerintah Tiongkok juga terbukti berhasil dalam program pengentasan kemiskinan, revitalisasi pedesaan secara keseluruhan, dan mengeluarkan kebijakan pemotongan pajak dan biaya lainnya untuk meringankan beban bisnis, dan kerja keras dalam upaya untuk mengatasi kesulitan rakyatnya.
Sejak wabah pandemi Covid-19 melanda, pemerintahan Presiden Xi telah memilih kebijakan yang mengutamakan keselamatan rakyat. Baru-baru ini Tiongkok memasuki fase baru dalam respon Covid-19 dan tantangan berat tentu tetap ada. Presiden Xi Jinping selalu menyemangati warga masyarakat dengan mengatakan bahwa cahaya harapan selalu ada di depan seluruh negeri. Presiden Xi Jinping dengan sabar terus mengingatkan rakyat Tiongkok untuk terus bekerja keras melewati masa-masa sulit pandemi karena kegigihan dan solidaritas pasti akan menghasilkan kemenangan.
Pencapaian Teknologi Maju China
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping keberhasilan dicapai Tiongkok tidak saja bidang ekonomi. Bidang teknologi juga memberi catatan prestasi besar. Tiongkok kini memimpin dunia dalam teknologi penting, mengalahkan AS dalam perlombaan untuk inovasi dan penelitian ilmiah. Hasil riset dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI), sebuah lembaga think tank Australia, China memimpin di sektor teknologi penting dunia seperti pertahanan, ruang angkasa, robotika, energi, lingkungan, bioteknologi, kecerdasan buatan (AI), material canggih, dan teknologi kuantum utama. Ada 37 dari 44 teknologi penting yang dikuasai China.
Selain bidang tersebut, beberapa bidang teknologi lain yang telah dikuasai Tiongkok adalah drone, machine learning, baterai listrik, energi nuklir, fotovoltaik, sensor kuantum, dan ekstraksi mineral kritis. Menurut ASPI, Tiongkok sangat memimpin untuk bidang-bidang teknologi maju ini sehingga sepuluh lembaga penelitian terkemuka dunia untuk teknologi maju tersebut berlokasi di Tiongkok. Sebagai perbandingan, AS hanya menguasai tujuh dari empat 44 teknologi utama, seperti sistem peluncuran ruang angkasa dan komputasi kuantum.
Kemahiran Tiongkok di sektor ini telah membuat negara Barat merasa tidak aman ‘insecure’ sehingga US dan sekutu tradisionalnya menganggap Tiongkok adalah kekuatan berbahaya yang dapat menggeser posisi status quo AS. Dalam jangka panjang, penelitian Tiongkok yang terkemuka dan sangat maju menunjukkan bahwa Tiongok sudah menyiapkan dirinya untuk unggul tidak hanya dalam perkembangan teknologi saat ini untuk hampir semua sektor tetapi juga dalam teknologi masa depan yang belum ada (inovasi baru).
Kata memiliki kekuatan. Presiden China Xi Jinping selalu memompa semangat rakyat Tiongkok melalui pidatonya. Presiden Xi mengingatkan bahwa Tiongkok mesti menjadi negara yang mandiri secara teknologi. Oleh karena itu, Tiongkok mesti menyelesaikan semua masalah pembangunan termasuk masalah sektor teknologi. Presiden Xi menyerukan China untuk memperkuat penelitian dasar dalam sains dan teknologi demi untuk mencapai kemandirian dan menjadi kekuatan teknologi global serta untuk mengatasi persaingan sains dan teknologi internasional. Sistem pendidikan Tiongkok juga mendukung dengan memberi fasilitas lengkap untuk riset lanjut di bidang teknologi terkemuka. Kebijakan ini bertujuan untuk menumbuhkan bakat dan minta generasi muda di bidang ini.
Dalam pidatonya pada tahun 2021 Presiden Xi juga menggemakan pidatonya bahwa pada tahun 2035 Tiongkok harus berada sama tinggi peringkatnya di antara negara-negara terkemuka di dunia dalam bidang strategi dan kekuatan teknologi; periset Tiongkok memiliki kualitas sama baiknya dengan kualitas peringkat dunia. Seruan itu datang ketika Tiongkok menghadapi tantangan yang untuk mengejar ketertinggalan dari AS dan sekutunya dalam teknologi semikonduktor canggih.
Pada tahun 2022, Jepang dan Belanda sepakat untuk mematuhi pembatasan ekspor sektor chip untuk Tiongkok yang diumumkan oleh pemerintah AS. Namun, sanksi yang dimaksudkan untuk mencegah Tiongkok membeli chip komputasi kecerdasan buatan (AI) yang canggih, serta peralatan dari perusahaan Barat dan Jepang, justru menjadi titik balik bagi Tiongkok untuk dapat memproduksi produk tersebut di dalam negeri. Sanksi AS tidak dapat menumbangkan dan menjatuhkan ekonomi China.
Sanksi dan embargo yang dijatuhkan oleh AS dan sekutunya justru malah memperkuat kemampuan Tiongkok dalam penelitian dan pengembangan (Research and Development) untuk sektor teknologi canggih. Cinta damai, cerdas, dan gigih adalah prinsip yang melekat dalam nilai-nilai tradisional Tiongkok yang dianut oleh masyarakatnya sebagai kekuatan pendorong utama dalam membalikkan hukuman dan sanksi berubah menjadi lompatan besar ke depan (great leap forward).
China Akan Lebih Tangguh dan Lebih Maju
Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang, pemerintah Tiongkok akan terus melaksanakan pembangunan berdasarkan filosofi pembangunan yang berpusat pada manusia dan fokus pada upaya untuk mempromosikan pembangunan berkualitas tinggi. Mendahulukan kepentingan rakyat akan diwujudkan oleh pemerintah Tiongkok lewat penetapan kebijakan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat sebagai tujuan akhir.
Pesatnya perkembangan ekonomi China memberikan banyak manfaat bagi dunia internasional. Di tengah tantangan berat yang dihadapi China saat ini, terutama akibat pengepungan oleh AS dan sekutunya, Presiden Xi Jinping tetap konsisten dalam menjalankan kebijakan luar negeri yang memberikan manfaat besar untuk mendukung pembangunan negara berkembang dan negara tertinggal.
Pengalaman keberhasilan Tiongkok dalam memberantas kemiskinan merupakan model pembangunan yang efektif. Perkembangan sektor ekonomi Tiongkok dan semua sektor penting lainnya berlangsung dengan cepat dan mendapat dukungan penuh dari rakyat. Tiongkok telah memasuki tahapan negara maju. Tiongkok bertransformasi dari negara berkembang menjadi negara maju secara damai dan harmonis.
Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping akan terus berani menghadapi tantangan baru akibat strategi pengepungan yang dilakukan AS. Tiongkok tetap tidak gentar dengan perubahan besar dan kompleks baik dalam lanskap domestik maupun internasional. Strategi pengepungan dan sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan sekutunya merupakan tantangan serius untuk pembangunan Tiongkok, tetapi hal tersebut tidak akan menghambat Tiongkok untuk terus berkembang maju di semua sektor pembangunan ekonomi dan teknologi tinggi.
Hubungan Indonesia-Tiongkok
Indonesia dan Tiongkok perlu mengoptimalkan kerja sama bilateral yang bersifat timbal balik dan saling menguntungkan satu sama lain. Keunggulan teknologi dan inovasi Tiongkok dapat dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Khususnya, di era pascapandemi, digitalisasi akan menjadi salah satu tulang punggung penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Teknologi tinggi termasuk digitalisasi merupakan kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi oleh Indonesia dalam konteks pembangunan di semua sektor. Tiongkok bukan hanya mitra ekonomi dan perdagangan terpenting bagi Indonesia, namun Tiongkok juga merupakan mitra pembangunan Indonesia untuk sektor pembangunan teknologi maju.
Memperkuat kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan; bidang politik dan keamanan; dan bidang sosial budaya menjadi semakin penting dalam perkembangan hubungan Indonesia-Tiongkok. Dalam masa pasca-pandemic, memperdalam pertukaran bidang humaniora dan antarmanusia antara Indonesia dan Tiongkok juga merupakan agenda penting untuk dilakukan secara sistematik.
Memasuki tahun ke-10 pelaksanaan Belt and Road Initiatives (BRI), kedua negara semakin harus meningkatkan realisasi komitmen yang telah disepakati dan memikirkan langkah-langkah yang lebih strategis dalam pelaksanaan proyek-proyek BRI agar memberikan manfaat maksimal bagi kesejahteraan masyarakat kedua negara.
Indonesia akan melaksanakan pilihan presiden 2024. Siapa pun presiden Indonesia yang terpilih sebagai hasil pemilihan presiden pada tahun 2024, presiden terpilih perlu menjaga dan meningkatkan hubungan yang harmonis dengan Tiongkok.[]