WARTABUANA – Terobosan baru, mungkin cocok disematkan untuk usaha jual hewan qurban milik H. Doni di Depok. Selain dilayani wanita cantik sebagai SPG, konsumen juga bisa bertransaksi menggunakan kartu debit.
H. Doni adalah pengusaha otomotif dan properti di kawasan Depok, tepatnya Jalan Akses Universitas Indonesia (UI) Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Dia memiliki showroom mobil cukup luas dan cukup terkenal di sana.
Seperti bisnis pada umumnya, pasti ada pasang surut, termasuk bisnis otomotif. Biasanya menjelang Idul Adha, peminat mobil berkurang. Di sisi lain, penjualan hewan untuk korban melonjak. Nah, kenyataan itulah yang mendorong H. Doni mengubah `penampakkan` showroomnya menjadi lapak penjualan hewan kurban khusus sapi.
Berdasarkan pengalaman menekuni bisnis otomotif, H. Doni menerapkannya dalam bisnis penjualan sapi qurban. Salah satunya dengan `memajang` karyawati showroom yang masih muda dan menarik untuk menjadi sales promotion girl (SPG) sapi qurban dan menggunakan nama “Mall Hewan Qurban” sebagai trade mark-nya.
Dengan berpakaian warna orange dan celana harem ala arabian style serta dipercantik dengan kalung, ankle boot hitam empat SPG ini, menjadi daya tarik sendiri bagi para pengunjung.
Bagi sebagian orang, mungkin beranggapan bahwa SPG itu lebih cocoknya menawarkan barang yang wangi seperti kosmetik atau barang-barang yang mewah seperti mobil maupun motor, tempatnya pun bukan berada sembarang tempat, seperti di pusat perbelanjaan atau di pertokoan.
Namun, lain cerita dengan empat SPG ini. Mereka bersedia ditempatkan di tempat yang bau, kotor, dan juga panas, kondisi ini jauh kontras dengan imej SPG yang, cantik, bersih dan wangi. Lantas kenapa mereka mau mengerjakan hal itu? Dan bagaimana suka dukanya?
Neni, salah satu dari empat SPG ini menuturkan, dirinya mau bekerja menawarkan sapi qurban, karena memang sudah lama menjadi karyawati di showroom milik H.Doni. “Ya mau lah orang saya kan dah lama kerja sama Pak Haji di showroom mobil jadi ikut aja,” katanya.
Begitu juga dengan, Mayang, Oshie dan Junita mereka juga stafnya H Doni yang biasanya setiap hari bekerja membantu Pak Haji berjualan mobil. Sedangkan Junita, mengaku setiap harinya membantu usaha Pak Haji di bidang properti. “Usaha Pak Haji itu banyak kalau saya bantu dibidang propertinya di daerah Taman Mini,” ceritanya.
Meski bau kotorannya yang menyengat, ditambah dengan sapi-sapinya yang sedikit galak tidak membuat keempat SPG ini takut ataupun jijik untuk sesekali menyentuh sapi saat melayani para konsumen. “Awalnya sih takut tapi lama-lama sudah biasa,” cletuk Mayang sambil senyum.
Menjadi SPG di tempat seperti ini memang lain dari pada yang lain, tentu banyak suka duka yang dihadapi. Oshie dan Neni awalnya juga tak menyangka akan bekerja menjadi SPG yang khusus menawarkan sapi hewan qurban. Baginya pekerjaan ini bukan menjadi beban yang berat melainkan pengalaman yang berharga.
Mereka merasa senang dan menikmati apa yang sudah menjadi pekerjaanya, tak peduli apa kata orang menilai mereka, yang penting mereka tangung jawab, bekerja membesarkan perusahaan yang selama ini sudah memberinya kehidupan yang layak.
“Ya mungkin ada orang menilai, kok maunya bekerja jadi SPG sapi, suruh begini begitu jadi ini jadi itu, tapi justru dengan kita begini berani tampil beda orang lama-lama jadi penasaran dan akhirnya datang,” kata Oshie sambil ketawa.
“Kalau saya sih enjoy saja no problem,” sambung mayang.
Malah kini, mereka jadi lebih banyak tahu mengenai dunia hewan, peternakan, dan juga teknik penjualannya. Bahkan kata Mayang ia mengaku senang karena ditempat kerjanya ini dia bisa ketemu dengan para artis atupun juga pejabat. “Biasanya banyak yang datang keseni karena sudah tahu kualitas barangnya,” kata Mayang.
Adapun dukanya, Junita, gadis berpostur tinggi dan berkulit putih itu mengaku pernah sekali disruduk sapi saat hendak menawarkan kepada pembeli. “Ya pernah waktu itu di depan, pas mau nawarin pembeli sapinya berebut makan dengan sebelah, eh kesruduk deh,” katanya.
Sedangkan, Oshie mengaku pernah dicium dibagian pahanya saat berfoto bareng. Sementara, Neni pernah hampir kepleset karena tempatnya agak licin. “Lah pokoknya banyak lah suka dukanya saya aja pernah hampir kepleset untung bisa pegang pagar,” kata Neni sambil senyum.
Ada banyak sapi yang dijual di tempat ini, ada sapi impor dari Australia maupun Belanda, ada juga sapi lokal dari Madura, Bali, Kupang maupun Medan. Semua sapi-sapi ini dijual dengan harga yang berbeda-beda. Untuk sapi lokal dijual antara 8-25 juta. Sedangkan untuk impor jenis fish holand (FH) ataupun sapi Australi bisa mencapai Rp 165-250 juta.
Microchip di Telinga
Hebatnya, Mall Hewan Qurban ini sudah menerapkan teknologi dalam proses penjualannya. Untuk mengetahui data tentang sapi, setiap sapi dipasang microchip di telinganya. Para wanita cantik ini cukup menempelkan alat Radio Frequency Indentification (RFID) di telinga sapi dan datan akan muncul di layar tablet.
“Semua data tentang sapi yang akan dijual sudah diinput ke dalam program. Cukup tempelkan RFID di telinga sapi, nanti muncul data di tablet, seperti jenis sapi, usia, beratnya dan harganya,” jelas Neni.
Satu hal lagi yang sangat menarik dan merupakan terobosan berani yang dilakukan H. Doni untuk memberikan layana yang terbaik bagi konsumennya adalah diperbolehkannya bertransaksi menggunakan kartu debit dan kartu kredit.
Cara ini dilakukan mengingat tidak semua orang merasa aman dan nyaman membawa uang dalam jumlah besar untuk membeli beberapa ekor sapi yang harganya bisa mnecapai ratusan juta rupiah.
Setiap tahunnya, Mall Hewan Qurban H Doni, bisa menjual ribuan ekor sapi. Untuk lebaran Idul Adha kemarin 2013, kata Oshie Mal Hewan Qurban H Doni sudah berhasil menjual 6000 ekor sapi. “Kalau tahun ini targetnya 8000 ekor,” tutur Oshie dengan bangga. []