Oleh : Candra Suwono
Peperangan yang berbasis ideologi antara kapitalis versus komunisme dalam perang dingin dianggap selesai sejak runtuhnya Uni Soviet dan sekutunya dari negara di Eropa Timur tahun 1990 dan kapitalis Amerika keluar sebagai kampiun dan menjadikannya sebagai penguasa tunggal atas dunia global.
Menurut teori Samuel P.Huntington, setelah perang dingin berakhir, maka selanjutnya akan terjadi benturan peradapan ‘the clash of civilization’ dalam perebutan tongkat kepemimpinan global dan akan terpolarisasi dua peradapan besar, yaitu peradapan barat dan timur.
Sedangkan Francis Fukuyama kemudian memproklamirkan The End Of History (1990), sejarah telah berakhir dengan kemenangan mutlak kapitalis Amerika, kemudian menyampaikan teori bahwa masa depan dunia secara universal akan terbentuk dengan prinsip pasar bebas, demokrasi barat dan secara mutlak akan diadopsi negara berkembang untuk menjadi maju dan modern.
Apabila pencapaian akhir negara berkembang menjadi maju dan modern akan sama seperti Amerika Serikat, maka dunia akan semakin terbaratkan.
Seiring dengan sumber United States strategi plan for internasional affairs, yang diliris oleh Department of state, Washington DC 1999, bahwa Amerika Serikat berambisi untuk mengatur seluruh dunia berdasarkan kepentingannya sebagaimana terlampir dalam rencana strategisnya dalam hubungan internasional disebutkan, bahwa tujuan kepemimpinan Amerika Serikat adalah untuk menciptakan dunia yang demokratis demi keunggulan dan keuntungan Bangsa Amerika Serikat.
Maka dengan alasan menegakan dan menciptakan Demokrasi dan HAM, Amerika Serikat dalam beberapa dekade ini menjadi kerajaan jahat, dengan dalih palsu Amerika Serikat menghancurkan tidak kurang dari 20 negara di Afrika, Timur Tengah maupun Asia Barat.
Khususnya di Timur Tengah seperti Libya, Suriah, Irak, Yaman melalui proxy-nya dengan target untuk menjarah minyak dan gas bumi, sesuai dengan karakter peradaban, budaya kapitalisme yakni eksploitasi terhadap sumber alam demi keuntungan yang sebesar besarnya.
Kapitalis Amerika Serikat telah menipu dunia dengan demokrasi palsunya, retorikanya yang halus dan manis melalui kontrol media,dengan dasar moral yang tinggi dari hak asasi manusia, kebebasan berbicara, demokrasi, tapi justru dirinya sendiri adalah salah satu pelanggar utama.
Misalnya di Irak, dengan alasan untuk memusnahkan senjata pemusnah massal-nya presiden Saddam Husein, Irak pun dibombardir. Sampai saat ini senjata pemusnah massal tidak diketemukan, namun Amerika Serikat sudah menduduki Irak dan saat ini masih ada sekitar 300 ribu pasukannya di sana dan berton-tonj minyak Irak diangkut ke Amerika Serikat.
Jelas kapitalis Amerika tidak mengikuti hukum internasional dan bisa melakukan apa saja yang mereka suka dan menguntungkan mereka, karena Amerika Serikat diatas hukum sebagai penganggu besar dan sebagai bajingan dipanggung internasional, dan dalam 30 tahun terakhir ini Amerika Serikat menjadi teroris dan gangster serta provokator terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi perdamaian dunia dan peradaban manusia.
Di Lybia ketika sedang berada di puncak kemakmuran dipimpin presiden Mohamad Khadafi, tiba-tiba Amerika Serikat menghembuskan isu demokrasi kepada rakyat Lybia. Melalui media yang dalam kontrolnya digiringlah opini seolah olah Mohamad Khadafi itu jahat, diktator, otoriter tidak sesuai dengan prinsip demokrasi dan HAM.
Dan tiba tiba kita sepakat dengan Amerika Serikat, maka tamatlah Mohamad Khadafi. Dan apa yang terjadi di Lybia setelah tamatnya Khadafi, Amerika Serikat melalui pemerintah bonekanya menjarah dan mengeksploitasi sumber kekayaan alam Lybia.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kebangkitan Amerika Serikat adalah hasil dari penjarahan, pemerkosaan, perbudakan serta pengeksploitasi sumber daya alam dar Aborigin, Afrika dan Asia .
Itulah peradaban yang kurang dari 250 tahun dengan budaya kapitalis yang memiliki komponen yang kuat akan materialistik yang berorientasi hanya pada uang saja. Ini adalah karakter peradaban dan budaya barat pada umumnya, yang saat ini diwakili Amerika Serikat.
Sedangkan kebangkitan peradaban timur yang saat ini diwakili Tiongkok, transformasi ekonomi dari negara miskin menjadi negara makmur dan maju, adalah melalui hasil kerja keras,keringat dan air mata, bukan datang dari eksploitasi negara lain seperti penjajahan, pemerkosaan dan penghancuran dari negara lain.
Pengorbanan dan penderitaan dari 60 juta generasi Tiongkok, ditinggal oleh orang tuanya, mereka meninggalkan pedesaan untuk bekerja di pabrik pabrik, di kota-kota kawasan ekonomi khusus. Anak-anak tidak dapat melihat orang tuanya setidaknya selama satu tahun bahkan lebih, namun harga sosial yang luar biasa telah terbayarkan dengan kesejahteraan yang diterima. Serta kebangkitan yang telah menggeser hegemoni Barat, Amerika Serikat.
Dalam reformasi dan transformasi serta keterbukaan Tiongkok memiliki kebijakan luar negeri dengan prinsip untuk hidup berdampingan dengan damai. Sangat jarang bagi Tiongkok untuk memikirkan banyak hal dalam beberapa dekade, dan jarang bahkan tidak pernah ikut campur intern negara lain.
Tiongkok saat ini telah berhasil mengentaskan kemiskinan setidaknya 900 juta orang di dalam negaranya. Dan melalui mega proyek ‘Belt Road Initiative’, Tiongkok juga sudah berhasil mengangkat kemiskinan dari negara-negara di Afrika.
Etiopia adalah negara termiskin didunia pada beberapa dekade yang lalu, namun saat ini sebagai pintu gerbang masuknya investasi dari Tiongkok keseluruh Afrika dengan julukan ‘Little Tiongkok’. Negara-negara2 Afrika pun saat ini sudah mampu mengentaskan kemiskinan tidak kurang dari 800 juta orang.
Tiongkok melalui mega proyek Belt Road Initiative (BRI) akan terus bekerja sama dengan banyak negara di dunia, dengan pembangunan yang konprehensif meliputi segala aspek infrastruktur untuk mengerakan ekonomi dengan tujuan mensejahteraan masyarakat dunia,sehingga memiliki daya beli untuk kembali membeli produk Tiongkok, inilah hubungan dan kerja sama yang memberikan keuntungan secara berimbang.
Dalam perjalanannya, Tiongkok terus menerus menyebut sejarah panjangnya yang berusia 5000 tahun. Mereka paham betul yang mendefinisikan mereka bukan ide kebangsaan, melainkan ide peradapan, sehingga Tiongkok bukan negara bangsa, tapi negara peradaban yang memiliki DNA budaya confucianisme yang memiliki karakteristik kode etik pada keluarga dan sosial dan menjunjung setinggi-tingginya ajaran leluhur.
Bagaimana budaya kapitalis Amerika Serikat yang baru berumur kurang dari 250 tahun tapi mau menceramahi peradaban yang sudah berumur 5000 tahun, teori Francis Fukuyama telah keliru dan inipun sudah diakuinya. Namun teori S.Huntington sangat tepat, karena saat ini telah terjadi benturan peradapan Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan peradapan Timur Tiongkok.
Benturan peradapan antara timur dan barat ini akan menimbulkan benturan dan persaingan segala bidang didalam aspek kehidupan,baik politik, ekonomi, sosial budaya dan persaingan perebutan pengaruh pada negara ketiga. Persaingan yang konprehensif ini akan membuat negara ketiga untuk terpaksa memilih salah satu kiblat dan tertutup untuk menjadi non blok.
Bangsa Indonesia sudah berada pada jalur yang sangat tepat untuk berkiblat ke peradapan timur dengan menggabungkan diri ke kamp BRI,selain Indonesia adalah Thailand untuk negara di Asia Tenggara, berkiblat ke kamp BRI, Indonesia dapat meraih kejayaannya seperti zaman kerajaan Majapahit, Indonesia kembali menjadi negara ‘gemah ripah loh jinawi’.
Namun memang banyak tantangan dan rintangan bagi bangsa Indonesia untuk berkiblat ke Tiongkok, karena peradapan Barat yang sudah mencengkram Indonesia dalam beberapa dekade ini.[]