WARTABUANA – Meski pengaruhnya terhadap kepuasan seksual masih dalam perdebatan, namun banyak perempuan berusaha mengencangkan otot vagina, alias vaginoplasty.
Menurut Prof Dr M. Sjaifuddin Noer SpBP RE, tindakan vaginoplasty tidak hanya bisa dilakukan untuk perempuan yang sudah melahirkan. Namun, kebanyakan yang mengencangkan otot vagina adalah perempuan yang sudah menikah. Mayoritas usianya lebih dari 30 tahun. Tujuannya tentu untuk keharmonisan hubungan suami istri.
Sjaifuddin menyatakan, pasca persalinan, kondisi vagina biasanya sobek sebagai akibat dari tindakan episiotomi. Akibatnya, vagina melebar. Longgarnya otot tersebut bergantung berat bayi. Semakin besar bayi, semakin longgar otot vaginanya. Karena itu, elastisitas organ intim pun berkurang.
“Kelebihannya, vaginoplasty tidak perlu membuang jaringan. Hanya membuat otot melipat lagi sehingga jadi rapat,” ungkapnya.
Menurut Sjaifuddin, untuk perempuan muda tidak disarankan pembedahan. Namun cukup dengan latihan untuk mengencangkan vagina dengan senam kegel. Gerakan seperti mengejan dan menahan.
Vaginoplasty sering dikenal sebagai cara untuk membuat perempuan `perawan` lagi. Anggapan itu muncul karena vagina menjadi kencang lagi. Otot vagina dinyatakan sudah kendur jika lebarnya melebihi dua jari orang dewasa.
Jika memang diputuskan operasi, pasien akan dibius total atau bius spinal regional seperti saat melahirkan dengan sectio Caesar. Pembedahan dilakukan dengan cepat. Hanya satu jam. Tindakan yang dilakukan adalah menjahit otot vagina dengan teknik khusus. Dalam sepuluh hari, benang jahit bisa dibuka. []