JAKARTA, WB – Orang yang melakukan bunuh diri terhitung kian banyak. Penyebab kematian nomor dua ini rentan dialami penduduk yang berusia 15-29 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat setiap 40 detik satu orang mati karena bunuh diri atau setiap tahun ada sekitar 800 ribu orang mati karena bunuh diri.
Direktur Kesehatan Jiwa Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes Eka Viora mengimbau kepada petugas kesehatan untuk perlu mengetahui ciri atau faktor risiko individu yang rentan untuk melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Riset menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk mengidentifikasi individu yang akan bunuh diri, jika petugas kesehatan peka terhadap kata-kata atau perilaku dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh calon pelaku bunuh diri.
“Ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara termasuk Indonesia,” ujar Eka Viora, Jakarta.
Lebih jauh dia mengatakan bunuh diri merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh penyebab atau alasan tunggal. Tindakan bunuh diri adalah akibat dari interaksi yang kompleks dari faktor biologik, genetik, psikologik, sosial, budaya dan lingkungan.
Ditambahkan Dr Priska Primastuti ada banyak cara dilakukan orang untuk mengakhiri hidupnya seperti dijelaskan WHO. Tetapi data menyebutkan bahwa meminum racun dan gantung diri menjadi cara terbanyak yang ditempuh orang untuk bunuh diri.
Kendati demikian bunuh diri ini bisa dicegah. Karena gejala orang yang hendak melakukan bunuh diri bisa dideteksi sejak dini. Misalnya kehilangan semangat hidup, depresi, menunjukkan penurunan minat pada hobi, seks atau yang lainnya, kehilangan kepercayaan diri, merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya dan putus asa. []