WARTABUANA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea Kim Jong Un sedang bersiap-siap menggelar pertemuan kedua.
Dalam pidato di awal tahun 2019, Kim Jong Un yang merupakan Ketua Partai Pekerja dan Ketua Komisi Negara serta Panglima Angkatan Bersenjata Korea menyatakan dirinya siap bertemu dengan Donald Trump kapan saja.
Untuk menindaklanjuti hal itu, utusan khusus Kim Jong Un, Kim Yong Chol, juga telah bertemu Trump di Gedung Putih, hari Jumat lalu (18/01/2019).
Usai menerima utusan khusus Kim Jong Un, Trump mengatakan, pertemuan dirinya dengan Kim Jong Un kemungkinan akan digelar akhir Februari. Sementara lokasi pertemuan belum ditentukan.
Menurut Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara, Teguh Santosa, Asia Tenggara tampaknya akan kembali menjadi tuan rumah pertemuan Trump dan Kim.
Bagi Korea Utara, kawasan Asia Tenggara relatif lebih bersahabat dibandingkan kawasan lain. Sementara Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk lebih sering hadir di kawasan ini dalam rangka “menghadapi” Republik Rakyat China.
Sejauh ini, ada dua negara di Asia Tenggara yang kelihatannya memiliki peluang untuk menjadi tuan rumah. Keduanya adalah Indonesia dan Vietnam.
“Vietnam lebih berpeluang karena Vietnam dan Korea Utara memiliki garis ideologi yang sama,” ujar Teguh kepada media.
Alasan lain, ujar dosen Asia Timur di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini Trump kelihatannya kurang berkenan berkunjung ke Indonesia pada saat-saat seperti sekarang.
“Dinamika politik di Indonesia sedang tidak menentu. Ada kekhawatiran, bila berkunjung ke Indonesia, Trump akan disambut dengan demonstrasi mengecam kebijakan AS memindahkan Kedubes AS untuk Israel ke Jerusalem,” ujar Teguh.
“Selain itu, kehadiran Trump ke Indonesia di masa menjelang Pilpres 2019 bisa dianggap sebagai upaya mempengaruhi hasil pemilihan,” ujarnya lagi.
Di sisi lain, Teguh juga mengatakan, dirinya menangkap kesan pemerintah Korea Utara pun enggan memilih Indonesia karena Indonesia beberapa kali melakukan tindakan yang mengecewakan Korea Utara.
Bila pertemuan kedua antara Donald Direktur TrueMoney Indonesia dilakukan di negara lain di Asia Tenggara, bukan di Indonesia, dapat dikatakan itu akan menjadi pukulan bagi Indonesia yang tengah menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
“Semestinya pertemuan kedua Trump dan Kim ini dapat digunakan Indonesia untuk memperlihatkan posisi sebagai negara jangkar di Asia Tenggara. Ini juga dapat menjadi indikator pengaruh Indonesia dan kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,” demikian Teguh Santosa. []