SUMUT, WB – Citra Publik Adv – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan survei opini publik untuk Pilkada Gubernur Sumut 2018. Hasilnya, pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah (ERAMAS) unggul terhadap pasangan Djarot Saiful Hidayat – Sihar Sitorus (Djoss).
Kesimpulan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia tersebut dilakukan pada tanggal 11 – 15 April 2018. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 1.000 responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini +/- 3,1%.
“Untuk simulasi dukungan terhadap calon Gubernur, Edy Rahmayadi menggungguli Djarot Saiful Hidayat. Pada pertanyaan terbuka, Edy Rahmayadi mendapat dukungan 37,2%. Sedangkan Djarot Saiful Hidayat mendapat dukungan 24,8%. Begitu juga pada simulasi tertutup, Edy Rahmayadi unggul dengan perolehan dukungan sebesar 43,1%. Sedangkan Djarot Saiful Hidayat mendapat dukungan 33,4%.,” jelas Direktur Citra Publik Adv (CPA) – LSI Denny JA, Ade Mulyana, Jumat (27/4/2018).
Ade menjelaskan, untuk simulasi dukungan terhadap calon Wakil Gubernur, Musa Rajekshah pun mengungguli Sihar Sitorus. Pada pertanyaan terbuka, Musa Rajekshah mendapat dukungan 30,2%. Sedangkan Sihar Sitorus mendapat dukungan 24,2%. Begitu juga pada simulasi tertutup, Musa Rajekshah unggul dengan perolehan dukungan sebesar 38,8%. Sedangkan Sihar Sitorus mendapat dukungan 30,1%. Bila disimulasikan secara berpasangan, pasangan ERAMAS mendapat dukungan 43,3%. Mengungguli pasangan DJOSS yang mendapat dukungan 33,3%.
“Dari tingkat pengenalan calon Gubernur, perolehan tertinggi adalah Djarot Saiful Hidayat (89,6%), disusul Edy Rahmayadi 86,3%. Sedangkan untuk calon Wakil Gubernur, tingkat pengenalan Sihar Sitorus 66,2%, sedikit lebih unggul dari Musa Rajekshah (64%),” urai Ade.
Untuk tingkat kesukaan terhadap calon, Edy Rahmayadi memperoleh 72,1%. Musa Rajekshah 70,8%. Sedangkat Djarot Saiful Hidayat sebesar 70,1% dan Sihar Sitorus 65%.
Ade menambahkan, ada tiga alasan mengapa ERAMAS bisa unggul. Pertama, ERAMAS unggul di segmen pemilih besar. Pada segmen pemilih bersuku Jawa (base 32%), pasangan ERAMAS unggul telak 58,4%. Sedangkan DJOSS hanya memperoleh dukungan sebesar 18,1%. Selain itu, pasangan ERAMAS juga unggul telak di basis pemilih beragama Islam (base 67,4%) yaitu sebesar 59,2%. Sedangkan pasangan DJOSS hanya mendapat dukungan sebesar 16,8%.
Kedua kata Ade, ERAMAS unggul di lebih banyak Dapil dibanding DJOSS. ERAMAS unggul di 8 Dapil, yaitu Dapil 1 Kota Medan A (Kota, Denai, Deli, Belawan, Amplas, Area, Marelan, Labuhan, Tembung, Perjuangan, Timur), 2 Kota Medan B (Sunggal, Helvetia, Barat, Tuntungan, Johor, Maimun, Polonia, Baru, Petisah, Selayang), 3 (Deli Serdang), 4 (Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi), 5 (Asahan, Kota Tanjung Balai, Batu Bara), 6 (Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara) ,7 (Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Lawas, Kota Padang Sidimpuan, Padang Lawas Utara) dan 12 (Langkat, Kota Binjai). Sedangkan DJOSS hanya di 4 Dapil, yaitu Dapil 8 (Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, Gunungsitoli), 9 (Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Sibolga, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Samosir), 10 (Simalungun, Kota Pematang Siantar) dan 11 (Dairi, Pakpak Bharat, Karo).
Ketiga lanjut Ade, tingkat kesukaan terhadap ERAMAS lebih tinggi dari DJOSS. Edy Rahmayadi memperoleh 72,1%. Musa Rajekshah 70,8%. Sedangkan Djarot Saiful Hidayat sebesar 70,1% dan Sihar Sitorus 65%.
Namun kata Ade, hasil survei saat ini masih berpeluang berubah. Selain masih ada waktu sekitar 2 bulan, berdasarkan hasil temuan survei, ada 3 faktor yang dapat mengubah dukungan. Baik naik turunnya suara kandidat maupun perubahan posisi atau rangking masing-masing kadidat.
Ketiga faktor tersebut dari catatan Ade adalah ;
Pertama, Swing Voters yang masih tinggi. Jika dilihat dari pemilih loyal, pemilih ERAMAS sebesar 37,8 %. Sedangkan pemilih DJOSS sebesar 29,6 %. Suara mengambang masih signifikan sebanyak 32,6 %. Mereka yang masih belum menentukan pilihan akan menjadi penentu siapakah yang akan terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur Sumut. Apalagi jika larinya suara mereka yang belum menentukan pilihan terjadi secara tidak proporsional. Artinya cenderung mengumpul atau lebih banyak pada salah satu kandidat.
Kedua, Politik Uang. Dimana 45,9% publik menilai politik uang sangat/cukup berpengaruh terhadap pilihan publik saat pemilihan. Cukup banyak publik yang mempersepsikan bahwa politik uang akan mempengaruhi pilihan mereka terhadap kandidat.
“Dan yang ketiga, adalah partisipasi pemilih minim. Kurang dari 2 bulan sebelum Pilkada digelar, masih banyak pemilih (51%) yang belum mengetahui tanggal dilaksanakannya Pilkada. Golput akan mempengaruhi dukungan terhadap kandidat. Kandidat yang paling mampu meminimalisir pemilihnya untuk tidak golput berpeluang menang,” jelas Ade.
Seperti diketahui, Pilkada Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 merupakan `pertarungan` sengit yang melibatkan kekuatan politik besar. Edy Rahmayadi yang berstatus mantan Pangkostrad serta masih menjabat sebagai ketua umum PSSI, berpasangan dengan Musa Rajekshah, pengusaha lokal. Pasangan ini didukung oleh mayoritas partai diParlemen Sumut.
Sedangkan di kubu lainnya yaitu pasangan Djarot Saiful Hidayat, seorang mantan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sihar Sitorus, yang juga seorang pengusaha lokal. Mereka didukung oleh partai penguasa, yaitu PDIP. Kedua calon Gubernur Sumut ini pun tergolong tokoh yang levelnya Nasional dan juga dianggap memiliki logistik yang kuat.[]