WARTABUANA – Kabar bohong atau hoax dinilai sudah masuk dalam taraf memperihatinkan dinegara ini. Terlebih jelang sepekan pemilihan presiden, hoax dinilai seperti menjadi senjata ampuh untuk menjatuhkan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Hal tersebut seolah terbukti seperti yang diungkap dari hasil rilis survei yang dilakukan oleh Digitroops, yang menyatakan sebanyak 61,6% isu hoax sudah kian memprihatinkan penyebarannya.
“Hasil survei Digitroops Indonesia, menyebutkan bahwa isu hoaks yang beredar di tanah air dialamatkan kepada capres tertentu. Terbukti telah menurunkan elektabilitas capres terutama dipemilih yang aktif di media sosial,” ujar peneliti Digitroops Yusep Munawar Sofyan, di bilangan Cikini, Kamis (11/4/2019).
Penyebaran hoax kata Yusep, telah mempengaruhi sebanyak 44,5% atau 534 responden yang merupakan pengguna sosial media (sosmed). Dan 55,5% responden yang tidak memiliki sosmed menilai bahwa hoaks sudah terlalu banyak dengan persentase mencapai 34,9 persen.
“Jadi kalau dibandingkan pemilih yang memiliki sosmed rentan sekali terkena hoax. Mereka juga mengakui bahwa pemberitaan media cukup mempengaruhi pilihan masing-masing,” katanya.
Yusep menjelaskan, salah satu hoaks yang paling banyak mendapat perhatian publik saat Pilpres saat ini adalah isu masuknya jutaan tenaga kerja asing. Sebanyak 48,2 % menyatakan pernah mendengar isu tersebut. Bahkan ada 46,9% percaya dengan masuknya tenaga asing tersebut.
“Hoax yang secara langsung maupun tidak langsung menyerang paslon tertentu memiliki pengaruh terhadap persepsi publik. Secara linear efek elektoralnya segera terasa. Disini Jokowi kalah pada segmen yang percaya isu hoaks,”lanjut Yusep.
Isu hoax serbuan tenaga kerja asing lanjut Yusep, jelas memberikan efek atau dampak bagi petahana. Bahkan sampai 22.6% dari populasi responden.
“Hoax yang secara langsung maupun tidak langsung pasti menyerang paslon tertentu. Dan dalam hal ini petahana (Jokowi) kalah pada segmen yang percaya pada isu hoax, ” tandas Yusep.
Survei melibatkan 1200 responden dari seluruh provinsi di Indonesia pada Maret 2019 dengan margin of error kurang lebih 2,8%. []