WARTABUANA – Hanya ada satu SOKSI, tidak ada dua SOKSI atau SOKSI kembar, ujar Robinson Napitupulu, anggota Dewan Pembina SOKSI. Lebih lanjut ditegaskan jikalau ada yang menamakan dirinya SOKSI lain selain SOKSI yang kini dipimpin Bung Supit, itu adalah tindakan tidak benar. Selain SOKSI pimpinan Bung Ahmadi Noor Supit, berarti disebut SOKSI kloning, palsu atau siluman, yang tidak terkait secara kesejarahan dengan Partai GOLKAR dan bukan SOKSI yang didirikan Profesor Suhardiman, urai Robinson yang juga mantan pegawai Departemen Penerangan di era orde baru.
Hal tersebut menanggapi beredarnya undangan SOKSI kloning yang diklaim Ali Wongso sebagai Ketua Umumnya, yang dalam waktu dekat akan memaksakan diri menyelenggarakan Munas di Pekan Baru, Riau. Terkait tersebut, Robinson yang biasa disapa Robin mengatakan jika ada unsur DPP Partai GOLKAR mendukung, apalagi ikut menghadiri Munas tersebut berarti tindakan “oknum” Partai Golkar tersebut bisa dibilang keblinger atau keliru dan salah besar dalam memposisikan SOKSI secara historis, serta tidak selaras dengan pernyataan dan keinginan Ketua Umum Partai GOLKAR Airlangga Hartarto tentang pentingnya soliditas internal untuk kemenangan Partai Golkar di Pemilu 2024 dan seterusnya. Artinya, oknum DPP Partai GOLKAR yang melegalkan SOKSI Kloning sama artinya sedang menjerumuskan Airlangga Hartarto dan Partai GOLKAR.
Selain itu, semua pihak perlu mengingat kembali kehadiran Ketua Umum DPP Partai GOLKAR Airlangga Hartarto beserta jajaran DPP Partai Golkar dan Hasta Karya lainnya pada MUNAS XI SOKSI di Hotel Sultan, Sabtu 25 Juli 2020 yang diselenggarakan oleh Plt Ketum SOKSI, Bobby Suhardiman yang telah melegitimasi Ketua Umum SOKSI masa bakti tahun 2020-2025 dibawah kepemimpinan Ahmadi Noor Supit dengan Ketua Dewan Pembina Bobby Suhardiman sebagai langkah taktis sekaligus bukti bahwa politik pecah belah sejogjanya telah berakhir. Seperti tegas Airlangga di beberapa kesempatan, bahwa sudah saatnya kader-kader bergerak maju, menanggalkan perbedaan dan perpecahan dengan mengupayakan kebersamaan demi kemenangan Partai Golkar. Dimana Pemilu 2024 dikatakan sebagai momentum awal kembalinya kejayaan Partai Golkar.
Hal tersebut selaras dengan telah dikukuhkannya tokoh-tokoh sentral SOKSI yang juga menjadi bagian penting sebagai saksi sejarah kelahiran dan perjalanan SOKSI dan GOLKAR yaitu Oetojo Oesman dan Prof. Thomas Soeyatno beserta tokoh-tokoh senior lainnya seperti Prof. Bomer Pasaribu, FMT. Rajagukguk, SM. Tampubolon, Ria Rumata, Endang Syarwan Hamid, Lili Asdjudiredja dan banyak lainnya yang sangat jelas dan tegas tidak merestui dan tidak mendukung “SOKSI kloning” bentukan Ali Wongso yang tidak memiliki landasan histori sebagai pendiri Partai GOLKAR dan terputus dari pendirian yang sah oleh Prof Suhardiman yang telah meninggal tanggal 13 Desember 2015.
Sehingga jelas ada saksi dan pelaku sejarah, bukan SOKSI kloning alias abal-abal yang asal mula pendirian dan kontribusi kader terhadap partai tidak jelas.
Hanya bermodalkan pada pemanfaatan celah hukum UU ormas yaitu lebih duluan mendaftarkan diri di Kemenkumham secara online.
Sementara tokoh-tokoh GOLKAR, seperti Aburizal Bakrie dan Akbar Tanjung pun masuk dalam kepengurusan Bung Supit, dan telah pula mengikuti agenda resmi SOKSI atas undangan Bung Supit dan Bobby Suhardiman, bahkan Akbar Tanjung menjadi saksi utama memperkuat histori SOKSI besutan Suhardiman yang diteruskan oleh Ade Komarudin dan plt Ketum Bobby Suhardiman dalam peradilan TUN, tambah Robin.
Robinson dan Senior SOKSI lainnya secara lugas mempertegas bahwa tidak benar apabila SOKSI kloning dibiarkan terus menerus merusak soliditas dan upaya Golkar menjaga harmoni di internal. Upaya menjelaskan pada publik tentang posisi SOKSI menjadi strategis demi kepentingan partai dan eksistensi bangsa ini, terutama pemulihan pasca pandemi yang memerlukan kerja keras ekstra dan kekompakan internal. Sudah saatnya Partai Golkar menunjukkan sikap tegas dan mengakhiri secara jelas politik devide et impera oleh oknum yang merugikan semua pihak, utamanya Partai Golkar sendiri
Jangan pula dinafikkan peran SOKSI atas prakarsa Profesor Suhardiman sebagai ormas pendiri Partai GOLKAR, yang secara historis-organisatoris telah melahirkan estafet kepemimpinan, yakni Oetoyo Oesman, Syamsul Muarif, Ade Komarudin dan Ahmadi Noor Supit.
Oetojo Oesman telah menjadi Ketua GOLKAR sejak berdiri Partai GOLKAR hingga saat ini masih menjadi Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai GOLKAR.
Syamsul Muarif yang merupakan tokoh utama SOKSI pernah menjadi Ketua OKK FPP Golkar dan menjadi Menkominfo pada masa ibu Megawati jadi Presiden RI.
Sehingga jelas SOKSI mempunyai peran penting dan strategis dalam mewujudkan Sekber Golkar 20 Oktober 1964, sebagai cikal bakal OPP Nomor 5 pada Pemilu 1971 yang kini telah bertransformasi menjadi Partai GOLKAR mengacu pada UU Parpol yang baru pasca reformasi, tambah Robin.
Soekarno, Sang Proklamator telah pula mengingatkan kita semua bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Maka tidak elok dan tidak pantas, Partai Golkar menafikkan peran dan kontribusi SOKSI sebagai ormas pendiri Partai GOLKAR, apalagi jika ada “oknum” yang dibiarkan menjadi bagian yang memperkeruh dan melegitimasi SOKSI Kloning, karenanya saya mempertegas hal tersebut adalah salah besar dan pada akhirnya sangat merugikan Partai GOLKAR serta upaya pencapresan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, bahkan dari masa ke masa, kader-kader SOKSI menjadi tulang punggung perolehan suara Partai GOLKAR, tandas Robinson.[]