JAKARTA, WB – Ilmuwan yang juga penulis puisi ternama negeri Jiran Malaysia, Dr. Rem Dambul ikut angkat bicara terkait perdebatan puisi esai di Indonesia yang terus menghangat. Rem Dambul berargumen, puisi esai sangat positif dengan lahirnya genre baru sastra asal Indonesia.
Menurutnya, mereka yang menentang dan membuat petisi anti puisi esai, disebut sebagai kaum yang jumud dan pasif. Padahal lahirnya puisi esai, kata Rem Dambul, seharusnya ditanggapi dengan baik, mengingat ada orang yang berinisiatif dan berhasil mencipta genre baru.
“Tidak ada apapun pada masa kini yang 100 persen baru. Namun kombinasi lima ciri itu dalam satu kesatuan, itu yang memberi corak baru,” kata Rem Dambul mengutip mengutip pernyataan Denny JA sendiri.
Penyair mapan yang begitu ikonik dan karyanya telah merentas pelbagai zaman yang penuh gelora `Sapardi Djoko Damono` mengakui bahawa Denny JA, menawarkan satu nafas baru dalam kesusasteraan Indonesia.
“Dalam korpus kesusasteraan saat ini telah bervariasi. Artinya `tiada satupun yang seratus persen baru. Tetapi jika beberapa elemen lama, dikombinasi secara kolektif dalam sosok baru, maka ia memberi suatu genre baru yang tulen,” katanya.
Dalam bahasa khas Malaysia, Prof Rem memberi contoh ice cream durian. “Misalnya, bila aiskrim durian diperkenal sekitar 80an — maka ia dianggap resepi baru. Walaupun durian dan aiskrim secara tersendiri sudah berzaman-zaman wujud. Ia bukan perkara baru. Tapi ya, aiskrim durian sebagai satu entiti kolektif yang berganding jadi satu — adalah suatu pembaharuan pada era tersebut,” tutur ilmuwan klimatologi ini
Prof Rem juga mengutip teori. Dua tuntutan genre baru dalam teori Fishelov adalah yang pertama moment of birth dan yang kedua adalah generic productivity. Kedua-duanya kata Rem, tuntutan itu telah Denny terapkan dengan begitu rinci. Secara teoritispun, puisi esei selaku genre baru sudah terbukti.
“Penentang DJA sebenarnya `tidak pernah` membangkang teori tersebut, atau mengemukakan teori alternatif. Genre dan pembaharuan dalam sastera wajar jika dimobilisasi,” Ujarnya.
Masih kata Rem, bisa dipahami jika Denny selaku penggagas puisi esai juga aktif mewartakannya. Itu hal yang lazim. Rem membandingkan Denny JA dengan Kolonel Sanders yang membuat Kentucky Fried Chicken.
Misalnya. Sebelum Colonel Sanders mencipta resepi KFC, sudah ratus ribu manusia lain mencuba ayam goreng berempah di Kentucky, di Amerika dan malah seluruh dunia. Tetapi Colonel Sanders yang berhak membuat klaim sebagai pelopor kerana dia membuatnya secara `sistematis` berstruktur dan masif.
“Nah Yang lain itu semuanya cuma tukang goreng ayam berempah runcit-runcitan di sana-sini yang tidak mencetuskan fenomena,” simpulnya.
Tapi Colonel Sanders, lanjut Rem, mengangkat resepi ayam goreng berempahnya ke satu markat tertinggi. Ada `moment of birth` (pewartaan resepi unik) dan `generic productivity` (menyebarluas francais di seluruh Amerika, dan kemudian segenap global). Prof Rem mengajak sastrawan Indonesia positif menyambut genre baru puisi esai.
“Denny berjaya gerakkan gagasan puisi esai ke seluruh provinsi di Indonesia bahkan merentas hingga ke Sabah Malaysia. Kalau itu bukan bukti satu pengaruh yang mengagumkan, lalu hal itu mau dipanggil apa ?” tanya Prof Rem.[]