WARTABUANA -Masalah kesehatan mental berkembang secara drastis di tengah upaya karantina wilayah (lockdown) akibat coronavirus di Inggris, seperti dilaporkan media setempat pada Sabtu (27/2).
“Apa yang kita anggap sebagai gejala yang jelas, misalnya sakit tenggorokan, panggilan-panggilan itu juga bahkan disertai masalah kesehatan mental,” kata Ruth Lander, anggota tim pelatihan untuk layanan telepon non-darurat 111 di Wales Utara, kepada Sky News.
“Hal ini jelas telah meningkatkan aspek kesehatan mental pada panggilan yang kami terima. Mereka mungkin warga lanjut usia dan tengah berjuang dengan rasa kesepian, atau seorang ibu muda yang kehilangan jaringan dukungannya dan sedang kesusahan,” ujar Lander.
“Orang-orang cemas dan takut, dan itulah manfaat dari layanan ini karena kami dapat menjelaskan serta membantu para pasien tersebut,” tambah Lander.
Menurut Jason Killens, Kepala Eksekutif Layanan Ambulans Welsh, bahkan dengan kesadaran publik yang meningkat atas dukungan kesehatan mental, dampak penuh dari lockdown baru saja muncul.
“Kami memperkirakan masalah ini akan meningkat dan menjadi lebih rumit di saat orang-orang mengalami berbagai tekanan dalam hidup mereka di seluruh komunitas kita,” ujar Killens.
“Setiap orang terdampak oleh pandemi dalam berbagai bentuk. Tentu saja banyak orang kehilangan pekerjaan, dan hal itu juga menciptakan rasa cemas dan masalah kesehatan mental,” tambahnya.
“Ada peningkatan kesadaran selama beberapa tahun terakhir bahwa kesehatan mental perlu disejajarkan dengan kesehatan fisik dalam hal bagaimana kita memberikan layanan dan perawatan bagi pasien,” ujarnya lebih lanjut.
“Kami hanya memiliki sedikit dokter kesehatan mental dalam layanan ini dan kami berharap dapat menambahnya tahun ini … kami menyadari masih banyak yang dapat dilakukan dan kami bisa melakukan yang lebih baik,” tambahnya.
Saat ini, Inggris memberlakukan lockdown nasional ketiga sejak pandemi merebak di negara tersebut. Langkah pembatasan serupa juga diterapkan di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Sebanyak 8.523 kasus positif baru COVID-19 tercatat di Inggris, menjadikan total infeksi coronavirus di negara itu menjadi 4.163.085, menurut data resmi yang dirilis pada Jumat (26/2).
Inggris juga melaporkan tambahan 345 kematian terkait COVID-19. Total kematian akibat penyakit tersebut di negara itu kini mencapai 122.415. Angka itu hanya mencakup kematian dalam 28 hari setelah pertama kali dinyatakan positif.
Demi mengembalikan kehidupan ke keadaan normal, negara-negara seperti Inggris, China, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin coronavirus. [Xinhua]