WARTABUANA – Jika Anda masih Jomblo, jangan galau saat mendapat undangan resepsi pernikan. Anda bisa sewa seorang “Seseorang” untuk dijadikan “pacar sesaat” dan dipamerkan di acara tersebut.
Di Jepang dan beberana negeri jiran, binis “Pacar Sewaan” sudah menjamur. Jasa ini dipromosikan melalui dunia maya, bahkan ada yang mengelolanya secara terbuka. Sementara di Indonesia usaha yang masih dianggap nyeleneh ini dijalankan underground, darai mulut ke muklut dan melalui dunia maya.
Jepang memang pantas mendapat julukan pusatnya hal-hal nyeleneh di dunia. Sebuah perusahaan di sana membuka jasa penyewaan pacar. Rental pacar pria itu ternyata laris manis dan cukup menjanjikan.
Setiap lajang yang berminat, bisa menyewa pacar sesuai tipenya dengan harga sekian yen selama beberapa jam saja dalam semalam. Rental pacar di Jepang itu disebut Rentaru Kareshi. Para pacar sewaan minimal bertampang lumayan.
Mereka biasa dibayar untuk menemani klien kesepian menghadiri acara-acara penting, kegiatan biasa, atau benar-benar berkencan. Ada tiga kategori yang ditawarkan, yakni kategori “Fresh” yang membanderol pacar sewaan seharga Rp 260.000 per jam. Lalu kategori “Reguler” dibanderol Rp 350.000 per jam. Dan yang paling mahal, kategori “Special” diharga kurang dari Rp 400.000 per jam.
Setiap klien, dilarang melakukan hal-hal yang melampaui batas. Mereka hanya diperkenakan kontak fisik seperlunya, seperti berpegangan tangan dan berpelukan.
Di Surabaya ada yang mengelola bisnis serupa, namun masih didominasi wanita sebnagai pacar sewaan. Menghindari klien pria “hidung belang”, pengelola bisnis hanya terima klien yang benar-benar jomblo. Itupun dari kalangan jomblo yang dikenalnya saja. Bisnisnya juga tidak ditawarkan secara vulgar.
Sebut saja Nita, mahasiswi jurusan ekonomi di salah satu universitas swasta di Surabaya, Jawa Timur yang mengelola bisnis ini, mengaku takut jika usaha yang dimulainya sejak setahun lalu itu dianggap bisnis trafficking.
“Ini murni bisnis jasa untuk melayani jomblo yang gengsi karena belum laku saat menghadiri undangan pernikahan temannya, atau untuk sekadar menemani perayaan pesta ulang tahun,” ungkap Nita.
Nita memaparkan, bisnis unik yang dilakoninya ini tidak untuk melayani jasa seks. “Kalau si penyewa bukan orang yang kita kenal, atau teman dari teman kita, kita mengajukan syarat, agar ada yang bertanggung jawab. Paling tidak, pelanggan melalui perantara teman itu, harus tanda tangan di atas materai menyetujui syarat kita, ya ini karena khawatir saja, disalahgunakan,” paparnya.
Jika semua persyaratan sudah disetujui, Nita akan mempertemukan “anak buahnya” dengan calon klien. Dan jadilah mereka sepasang kekasih dengan durasi beberapa jam, sesuai kesepakatan.
“Si pacar sewaan ini, nantinya mampu menyesuaikan diri, apalagi semuanya dari jurusan psikologi, jadi bisa baca karakter si penyewa. Di hadapan teman-teman si penyewa yang jomblo itu, pacar sewaan ini akan beraksi layaknya kekasih beneran. Bergandeng tangan, saling perhatian, dan peduli. Yang pasti, aksi itu tidak akan terlihat seperti pacar abal-abal,” ungkapnya.
Selain cukup berhati-hati dengan klien, Nita juga mengaku tidak sembarang mencari anak buah. Sebab, meski menyeleksi si penyewa secara ketat, kalau si pacar sewaan tidak bisa menjaga diri, akan berakibat fatal. Yang semula untuk bisnis halal, mengarah pada tindak pidana.
“Yang jelas, bergandeng tangan boleh, tapi no seks, no kiss dan no drug, apalagi booking untuk ngamar di hotel. Karena bisnis ini murni jasa, bukan penyedia purel,” tegasnya.
Nita tidak asal comot mencari anak buah. Dia harus mengetahui latar belakang calon anak buahnya yang akan direkrutnya. Anggotanya harus mahasiswi baik-baik. Mahasiswi asal Surabaya inipun, memutuskan untuk merekrut mahasiswi jurusan psikologi, karena selain pintar mereka mampu membaca gelagat.
Untuk sekali booking anak buahnya, Nita pasang tarif Rp 75 ribu per jam. Dia hanya mengambil 40 persennya saja. “Kita bagi hasil. Saya dapat 40 persen untuk sekali sewa. Yang jelas, hasil untuk anak buah lebih banyak. Belum lagi dia sering dapat uang tips dari si penyewa,” akunya.
Jika satu penyewa dengan waktu booking sekitar empat jam sehari, berarti pengahsilannya Rp 300 ribu dan Nita mendapat bagian Rp 120 ribu. “Kalau sehari ada tujuh penyewa, dan rata-rata sampai empat jam, saya bisa mendapat untung 40 persen dari Rp 2,1 juta,” rincinya. []