SEOUL, WB – Menyusul kemenangan politikus Liberal Moon Jae-in, pada Selasa (9/5/2017) merebut kursi Presiden Korea Selatan, maka tidak lama lagi Pemerintah Seoul diduga kuat akan merevisi kebijakan tentang Korea Utara.
Terpilihnya Moon mengakhiri kekisruhan politik yang terjadi selama ini, yang berujung pada pemakzulan mantan presiden konservatif, Park Geun-hye atas dugaan korupsi.
Park jadi presiden pertama di Korsel yang dipilih secara demokratis dan dimakzulkan. Sejak masa kampanye, Moon telah menyampaikan keinginannya berdialog dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Ia memilih pendekatan damai kepada Pyongyang. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan sanksi keras dan retorika agresif yang dilakukan oleh Park.
Umumnya para pemilih Korsel berfokus pada isu korupsi dan ekonomi. Namun pemilih tampaknya juga menyoroti isu Korea Utara yang semakin menegang antara Pyongyang dan pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Moon yang merupakan mantan pengacara hak asasi manusia, sempat mendapat kritik saat melakukan kampanye. Kritik tersebut disampaikan kelompok konservatif garis keras yang menganggap kebijakannya lemah terhadap Korea Utara.
Kelompok tersebut meminta Moon untuk melakukan kombinasi anatra negosiasi dan kerjasama ekonomi bersamaan dengan tindakan militer dan keamanan.
“Saya yakin dengan memimpin upaya diplomatik yang melibatkan banyak pihak, sepenuhnya akan mengakhiri program nuklir Korea Utara. Dan berujung pada perdamaian,” ujar Moon pada acara debat.
Sunshine Policy adalah kebijakan luar negeri pemerintah Korea Selatan terhadap Korea Utara di bawah kepemimpinan Lee Myung-bak.[]