JAKARTA, WB – Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, menyakini bahwa saat ini ada dua nama tokoh berlatar belakang intelejen ikut disebut tepat masuk dalam bursa cawapres Jokowi 2019. Yakni Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol Budi Gunawan dan mantan Wakil Kepala BIN As`ad Said Ali.
“As`ad Said Ali masuk lagi, ini menjadi suatu fenomena menarik, dua tokoh intelejen masuk dalam bursa cawapres. Ini sangat menarik,” kata Neta, dalam acara diskusi di UP2YU Cafe and Resto, Cikini, belum lama ini.
Lebih lanjut, Neta berpesan agar tokoh intelijen berlatar belakang ulama NU itu perlu disosialisasikan super cepat jika hendak masuk ke bursa Cawapres Jokowi.
Sementara itu, Direktur Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai Peluang kedua Capres Jokowi dan Prabowo Subianto untuk kembali bertarung seperti di Pilpres 2014 besar terjadi.
Namun, kata Karyono, kini kedua capres itu tengah sibuk mencari cawapresnya masing-masing. Dan menjadi fenomena menarik adalah munculnya nama mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As`ad Said Ali yang dianggap layak mendampingi Jokowi.
Karyono menjelaskan, As`ad Said Ali pantas menjadi cawapres Jokowi lantaran selain pernah menjabat sebagai Wakabin juga merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan representasi umat Islam.
“Sejauh ini saya melihat As`ad Ali adalah pemimpin nasional yang memiliki paradigma, karakter, dan visi yang sesuai dengan ajaran Islam, berkualitas iman dan taqwa, representasi umat Islam juga dari kalangan santri,” katanya.
Karyono melanjutkan, dari kalangan partai ada nama Airlangga, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, Romahurmuzy, dari non partai ada Sri Mulyani, Susi Pujiastuti, sedangkan dari kalangan kepala daerah ada nama Ridwan Kamil, Tri Rismaharini serta Tuan Guru Bajang. Sedangkan dari latar belakang intelijen ada nama Budi Gunawan dan As`ad Said Ali yang juga sebagai tokoh NU.
Menurut Karyono, pentingnya cawapres Jokowi dari latar belakang intelejen lantaran saat ini ideologi transnasional sedang meneror dunia termasuk Indonesia. Sehingga diperlukan pihak yang mampu mengcounter perihal tersebut.
“Kalau ditanya layak, ya layak. Justru Rusia maju karena dipimpin orang intelejen 2 priode. Justru rusia di bawah Vladimir Putin lebih maju, lebih stabil dan kuat setelah Rusia mengalamai kemunduran akibat runtuhnya Uni Soviet pasca perang dingin” pungkasnya.[]