CALIFORNIA, WB – Kasus kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook telah dampak bagi perusahaan pemilik Mark Zuckerberg. Pasalnya, pasca informasi bocornya data, banyak pihak menggaungkan tagar #deletefacebook karena khawatir bisa jadi data pribadi mereka yang jadi korban berikutnya.
Karena hal itu, saham Facebook pun anjlok 6,77 persen setelah informasi kebocoran tersebut beredar. Bahkan, nilai valuasi perusahaan pun turun hingga US$ 36 miliar (setara dengan Rp 495 triliun) seiring dengan kekhawatiran investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.
Tak sampai di situ, seruan #deletefacebook juga ternyata dilontarkan oleh pendiri WhatsApp, Brian Acton. Ini jelas mengejutkan, mengingat WhatsApp adalah layanan pesan instan yang dimiliki Facebook.
Dilansir Market Watch, Sabtu (24/3/2018), Acton menyampaikan pernyataan tersebut dalam Twitter-nya @brianacton. “Inilah waktunya, #deletefacebook,” cuit pria tersebut.
Hingga berita ini naik, Acton tidak mengungkap alasan mengapa ia sampai mencuit pernyataan yang menghebohkan ini.
Laporan Market Watch, akun Facebook Acton masih aktif setelah beberapa jam cuitan itu ditayangkan, hingga akhirnya dinonaktifkan pada Selasa malam waktu Amerika Serikat.
Sekadar kilas balik, Acton dan rekannya, Jan Koum, menjual WhatsApp kepada Facebook pada 2014 senilai US$ 22 miliar (setara dengan Rp 302 triliun).
Dalam kesepakatan aksi korporasi besar ini, Acton mengantongi US$ 3 miliar (Rp 41 triliun) dan kemudian memiliki nilai kekayaan bersih sebanyak US$ 5,5 miliar (Rp 75 triliun), demikian dikutip Forbes.
Saat diakuisisi, Acton masih tetap ada di WhatsApp selama hampir tiga tahun, sampai akhirnya ia keluar dari Facebook pada September 2017.
Setelah resign, ia menciptakan aplikasi pesan instan terenkripsi bernama Signal. Dan pada Februari lalu, Acton mendirikan yayasan nonprofit Signal Foundation sebagai Executive Chairman dan berinvestasi sebanyak US$ 50 juta (Rp 680 miliar).[]