WARTABUANA – Pemerataan pembangunan dengan konsep Indonesia Sentris merupakan salah satu fokus dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, termasuk di dalamnya pembangunan di sektor telekomunikasi dan informatika.
Melalui pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika, Pemerintah ingin mendorong pertumbuhan ekonomi seluruh daerah di Indonesia dengan digitalisasi. Tidak hanya di wilayah barat, tetapi juga di wilayah tengah dan timur, seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kominfo Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Aba Maulaka dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk “Menuju Indonesia Merdeka Sinyal”, bertempat di Ruang Serba Guna, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Rabu (10/4/2019).
“Memang kami masih bergelut dalam angka kemiskinan yang signifikan, masih dua digit. Ada banyak potensi yang belum dioptimalisasi untuk kesejahteraan masyarakat yang jumlahnya sekitar 5,2 juta jiwa. Sehingga kami jawab dengan NTT pasti bangkit. Ini hanya bisa terjadi karena Pemerintah Pusat sungguh serius mendorong NTT tidak boleh lagi manual dalam mengolah potensinya, harus berbasis digital,” tuturnya.
Disebutkan Aba Maulaka, sampai saat ini Pemerintah Pusat melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dari Kemkominfo telah menyediakan akses layanan internet di 479 titik yang tersebar di 21 kabupaten/kota. Selain itu, dibangun juga Base Transceiver Station (BTS) di 115 titik yang tersebar di 16 kabupaten/kota.
“Ini luar biasa komitmen Pemerintah Pusat. Dua minggu lalu Pak Menkominfo ke Ende untuk mengecek langsung kesiapan sekolah jelang pelaksanaan UNBK. Kemudian komitmen para kepala daerah hingga kepala desa yang menyiapkan lahan sehingga BAKTI leluasa membangun BTS. Kami juga didukung pertemuan-pertemuan multilateral, seperti sidan IMF di bali kemarin, di mana salah satu objek yang dikunjungi adalah Manggarai Barat,” jelasnya.
Lalu seperti apa respons pemerintah daerah dan masyarakat dengan masifnya pembangunan tersebut? Aba Maulaka mengatakan pihaknya telah mendorong para stakeholder terkait untuk menggunakanannya.
Di sektor pemerintahan, misalnya, kini penyelenggaraannya dan proses pelayanan publiknya sudah digital melalui penggunaan aplikasi e-office, e-planning, e-budgeting, e-monitoring, e-perizinan, samsat online, dan lain sebagainya.
“Dari aspek pelaku usaha, khususnya UMKM ini bergembira. Tahun lalu kami kembangkan UMKM bekerja sama dengan Facebook untuk memberikan pendidikan literasi ke 500 orang pelaku UMKM agar dapat mengelola produknya berbasis teknologi informasi. Sehingga UMKM di NTT sudah tumbuh dengan bagus,” imbuhnya.
Selain perubahan di sektor pemerintahan dan industri, menurut Aba Maulaka juga terjadi perubahan di sektor sosial, di mana masyarakat NTT kini merasa bangga karena sudah merdeka sinyal.
“Mereka senang sekali menunjukan ke saudara-saudara mereka di luar NTT bahwa kami sekarang bisa video call. Bangga mereka, walaupun pulsa mereka cepat habis, tapi mereka tetap bangga, sudah tidak kalah dengan teman-teman di Sumatra, Jawa, dan daerah lainnya. Itu hal-hal yang sungguh sangat dirasakan,” tandas Aba Maulaka.
Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Janu Suryanto, dan General Manager of Marketing PT Pasifik Satelit Nusantara Meidiyanto Andwiputro.
Kegiatan FMB 9 juga bisa diikuti secara langsung di www.fmb9.id, FMB9ID (Twitter), FMB9.ID (Instagram), FMB9.ID (Facebook), dan FMB9ID (Youtube).[]